Sabtu, November 29, 2014

Pray, Play, Enjoy

 Menjalani hidup membutuhkan keseimbangan yang betul-betul. Ibarat mengendarai sepeda roda dua, dimana keseimbangan dicapai melalui keselarasan dimensi atas, bawah, kanan, kiri, depan, belakang.
 Orang Bali menggunakan prinsip, konsep Tri Hita Karana dalam kehidupan keseharian. Konsep tersebut bukanlah hanya sebuah kata-kata mutiara yang tertulis di buku suci, melainkan sudah teraplikasi dalam nafas Orang Bali.
 Orang Bali merayakan kelahiran dirinya sebagai individu dalam sebuah ritual "Otonan". Ritual ini dilaksanakan setiap enam bulan kalendar, atau tepat jatuh oton yang berdasar pada wuku kelahirannya.


Ritual otonan, menggunakan bebantenan, upakara, mantra-mantra yang intinya mengucapkan terima kasih kepada Sang Pencipta, memohon ampun atas kesalahan yang telah dibuat, pembersihan diri skala niskala dan permohonan agar diberi keselamatan, kerahajengan dan kerahayuan bagi yang sedang merayakan otonan.
 Mari kita jaga budaya Bali sebagai warisan kekayaan untuk generasi masa depan kita, tanpa harus beradat kaku, arogan yang justru menyimpang dari ajaran agama Hindu yang benar, mengingat semakin heterogennya krama di Bali.
Kita tentu menginginkan krama Bali mampu berkompetisi secara sehat, wajar dalam era modernisasi dan globalisasi
 Disisi lain, beban adat dan budaya Bali merupakan hal yang membanggakan dan harus dijalani dengan tulus ikhlas


Mari kita menjalani kewajiban sebagai krama Bali dengan fleksibel, rasional, tanpa meninggalkan essence dari ajaran Agama Hindu dan Kelestarian Adat dan Budaya Bali dalam kehidupan yang semakin plural, kompleksitas yang semakin tinggi dengan semangat ajeg Bali, Nasionalisme dan Internasionalisme.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar