Kamis, Agustus 01, 2013

Reklamasi Teluk Benoa, Kemajuan atau Keserakahan?

Belakangan, isu terkini dari dunia pariwisata adalah mengenai keputusan  Gubernur Bali dengan nomor SK K 2138/02-C/HK/2012 tentang Pemberian Izin dan Hak Pemanfaatan Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Perairan Teluk Benoa. Reklamasi akan menambah luasan Pulau Bali sekitar 800 hektare lebih. Dari luasan itu, separuhnya akan menjadi hutan, sedangkan sebagian lagi untuk dibangun. Dari 400 hektare yang dibangun, sebanyak 300 hektare untuk fasilitas umum seperti fasilitas olahraga, budaya dan sebagainya, hanya 100 hektare yang murni untuk bisnis. “Reklamasi bukan untuk investor saja, tetapi milik masyarakat Bali. Mereka hanya memanfaatkan sekian tahun, selesai itu milik kita. Jadi dimana salahnya. Mari kita rundingkan, Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) juga sudah ada dan pengelolaannnya wajib menyesuaikan dengan RTRW,” ujar Mangku Pastika dalam Suluh Bali.Co. Apalagi, ujar dia, pada SK sudah jelas sekali investor wajib menaati perundang-undangan yang berlaku, melakukan studi lanjutan, dan harus studi yang detail.
Terkait kekhawatiran reklamasi akan berdampak seperti reklamasi di Pulau Serangan yang dinilai mangkrak sebagian kalangan, ia justru membantah.
“Kata siapa Serangan mangkrak, itu sudah ada perencanaannya, sudah bagus, hanya memang itu tahapannya menghijaukan dulu. Bisa dilihat berapa ratus ribu pohon yang ditanam. Sekarang bisa dicek dan masyarakat di sana juga tahu dan mengerti. Yang bilang mangkrak bukan masyarakat di sana,” ujarnya.
Di Pulau Serangan, kata Pastika, juga akan dimanfaatkan sebagai salah satu tempat jamuan delegasi peserta KTT APEC pada tahun ini dengan dilengkapi aula besar berbahan bambu
Gebrakan Pak Mangku Pastika mengenai reklamasi Teluk Benoa mendapat dukungan dan kecaman dari berbagai pihak.

KECAMAN
Menara Fm.Com Tokoh masyarakat Nusa Penida, Ketut Pesta, Rabu (24/7) lalu, melihat, rencana reklamasi ini sebagai buah dari pemikiran yang tidak holistik dari para pemangku kebijakan di Bali. Reklamasi menurutnya sebuah ide gila yang dampaknya sangat mengancam hidup orang banyak di Bali.
Tidak hanya Desa Jungut Batu, rencana reklamasi Teluk Benoa untuk mendapatkan daratan baru seluas 838 hektar juga bisa membuat Lembongan bagian utara dan Nusa Gede bagian barat dan utara tenggelam. Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, dalam dokumen Klungkung dalam angka tahun 2012, dijelaskan wilayah Kabupaten Klungkung sepertiganya terletak di daratan Pulau Bali seluas 11.216 hektar dan dua pertiganya terletak di Kepulauan Nusa Penida seluas 20.284 hektar. Sementara total panjang pantai Kabupaten Klungkung sekitar 97,6 km. Terdapat di Klungkung daratan 14,10 km dan di Kepulauan Nusa Penida 83,50 km.
Camat Nusa Penida, Ketut Sukla, Rabu lalu, menjelaskan dari luas kepulauan Nusa Penida 20.284 hektar, luas wilayah Pulau Nusa Gede sekitar 2.018.280 km persegi atau 20.182,8 hektar, wilayah Lembongan (termasuk Pulau Ceningan) seluas 6.150 km persegi atau 61,5 hektar dan wilayah Jungut Batu seluas 3.970 km persegi atau 39,7 hektar. Melihat data luas wilayah itu, bukan tidak mungkin ketakutan rakyat Kepulauan Nusa Penida akan dampak reklamasi Teluk Benoa bisa menjadi kenyataan, jika luasan reklamasi Teluk Benoa menjadi 838 hektar.
Tokoh masyarakat asal Desa Sebunibus, Desa Sakti ini mengatakan Bali harus benar-benar belajar dari reklamasi Pulau Serangan. Saat itu, dia menyebut reklamasi Pulau Serangan dari 100 hektar menjadi 400 hektar, tidak jelas peruntukannya. Reklamasi Pulau Serangan telah menghancurkan ribuan hektar sempadan pantai sepanjang Padanggalak (Denpasar), Lebih (Gianyar), Kusamba (Klungkung) dan juga Jungut Batu (Lembongan), Toyapakeh, Sental, Sampalan (Nusa Penida).
Sementara Bendesa Jungut Batu, Ketut Gunaksa, Kamis (25/7) kemarin, juga mengaku menyimpan kekhawatiran serupa. Pasalnya, luasan Desa Jungut Batu jauh lebih kecil dari rencana reklamasi Teluk Benoa.

Pemangku Pura Puser Tasik Pusering Jagat, Tabanan, Jro Mangku Nengah Kasub DS (74), memprotes keras proyek reklamasi. Menurutnya, reklamasi bukan memberikan kesejahteraan krama Bali, sebaliknya akan menjajah krama Bali. ''Sampai kapan pun, saya akan menolak reklamasi. Proyek itu bukan menyejahterakan, tetapi membuat krama Bali terjajah investor,'' kecamnya, Selasa (30/7) kemarin.

Menurutnya, pengalaman buruk reklamasi sudah terjadi di kawasan Serangan. Begitu direklamasi, warga di sekitar Serangan justru tak bisa berkutik. Dia khawatir, jika Teluk Benoa direklamasi, dampaknya akan dirasakan seluruh pesisir di Bali. ''Alam itu anugerah Tuhan. Jangan diutak-atik hanya untuk kepentingan investor. Terus, krama Bali mau dapat apa, yang ada hanya menjadi kuli,'' kritiknya lagi.

Ia juga menyayangkan sikap Gubernur yang kekeh dengan proyek reklamasi Teluk Benoa. Padahal, selama ini Gubernur selalu menyatakan menyayangi Bali. Nyatanya, justru mendukung reklamasi. Seharusnya, kata Jro Mangku Kasub, pemimpin Bali bisa menjaga keajegan Bali, bukan malah dirusak dengan proyek reklamasi. ''Yakinlah, reklamasi bukan mempercantik Bali, tetapi akan merusak,'' kecamnya.

Alasan menopang bahaya tsunami juga dituding mengada-ada. Sebab, dengan reklamasi justru akan mempermudah tsunami menghantam Bali. Hawa dari proyek reklamasi juga terasa panas. Kondisi ini, katanya, akan berdampak pada kehidupan krama Bali, baik sekala maupun niskala.
Dijelaskannya, Bali tidak membutuhkan bangunan mewah dengan mereklamasi pantai. Justru Bali akan makin dikenal dunia internasional jika keasliannya dipertahankan. ''Kita jangan tergiur dengan iming-iming investor. Justru akan memicu tumbuhnya kapitalis,'' tegasnya.

Terkait reklamasi, Jro Mangku Kasub memastikan akan terus berjuang secara sekala dan niskala. Bahkan, dia akan ngaturang pejati secara khusus memohon agar proyek reklamasi dibatalkan. Dia khawatir, jika reklamasi dilanjutkan, anak-cucu krama Bali akan kehilangan keindahan dan keunikan Bali. Sebab, mereka tersisih karena penjajahan kaum kapitalis. Dia berharap Gubernur Bali mau mendengarkan jeritan krama Bali terkait reklamasi, sehingga proyek itu tak dilanjutkan. Jro Mangku juga mengajak seluruh krama Bali tanpa membedakan agama untuk bersatu menolak proyek reklamasi. (kmb30)

DUKUNGAN 
Sementara ini dukungan terhadap reklamasi Teluk Benoa belum tampak nyata dari masyarakat. Dukungan masih berupa pendapat perorangan-perorangan yang dapat dilihat pada media sosial facebook dan twitter. Beberapa pendapat yang mendukung reklamasi :
  1. Memajukan perekonomian Bali
  2. Menambah objek wisata Bali
  3. Pengalaman dari Pengembangan Nusa Dua sebagai kawasan wisata
  4. Penolakan reklamasi merupakan wujud sakit hati dari lawan politik Gubernur 
  5. Belum ada kajian ilmiah yang jelas dan terukur mengenai dampak negatif, semua hanya opini dan kekhawatiran saja