Rabu, September 21, 2011

Attitude dalam Dunia Perhotelan





Sikap (atitude) merupakan kata kunci yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya bagi para hotelier, attitude merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebagai seseorang yang melayani, harus mampu menempatkan dirinya pada posisi sedikit agak di bawah. Ini bukan berarti merendahkan diri, tetapi merendahkan hati.
Tamu yang menginap di hotel tentunya ingin mendapatkan pelayanan yang optimal, karena mereka sudah membayar dengan harga yang tinggi, tentunya mereka tidak ingin kecewa. Oleh karenanya sebagai sesorang yang akan berkerja pada industri perhotelan, harus mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut dalam kehidupan sehari-harinya :
  1. Memiliki pemikiran, Bekerja tanpa pernah mengharapkan hasilnya (Karmany eva dhikaraste mapalecu kadacana). Bekerjalah, dan bekerja...jangan sekali-kali mengharapkan hasil, sembahkanlah pekerjaanmu kepadaNya, karena Tuhan Maha Adil. Apa yang dikerjakan sekarang, walaupun hasilnya tidak sesuai dengan jerih payah yang dilakukan, akan dibayar olehNya dengan cara diluar yang kita bayangkan.
  2. Tepat Waktu.
  3. Mampu bekerjasama dengan rekan kerja. Ingat, bekerja di hotel dan di kapal pesiar merupakan kerja Team, seperti layaknya bermain sepak bola, bukan tinju.
  4. Mampu menghargai satu sama lain.
  5. Buang ego pribadi demi tercapainya kepentingan organisasi.
  6. Selalu mampu tersenyum
  7. Berpenampilan rapih (well groom)
  8. Wangi
  9. Ramah
  10. Tidak mudah marah/sewot/jutek
  11. Hoping for the best annd ready for the worst.
Demikianlah antara lain sikap yang perlu dikembangkan sebagai insan hospitality. Yang perlu diingat adalah, yang membayar gaji karyawan hotel, sesungguhnya bukanlah manajer hotel, tetapi TAMU. Guest is the king, without guest, we don't have things to do, and of course no money gained.

Merantau, merantau, merantau

Gambar 1
Suasana di Port Said, Mesir
Gambar 1
Suasana di Pelabuhan Laut Marseille, Perancis

Bali, sebuah nama yang selalu ada dalam benak wisatawan sebagai tempat yang indah, memiliki pantai dengan pasir putihnya, pemandangan alam yang indah,cindramata yang unik, dan budaya yang tiada duanya di dunia. Bali sudah tidak dapat dipungkiri lagi merupakan sebuah destinasi wisata internasional yang namanya melebihi Indonesia. Memang begitulah adanya, pengalaman penulis waktu merantau ke negara-negara di eropa, jika sedang berkunjung ke kedai kopi dan melakukan percakapan dengan pramusaji, mereka menanyakan dari mana asal penulis. Penulis menjawab asal penulis dari Indonesia. Pramusaji menanyakan kembali, Indonesia itu negara di belahan dunia sebelah mana ya? Penulis menjawab, Indonesia itu berada di garis Katulistiwa (equator), di sebelah utara australia, timurnya papua nugini, selatannya Singapura, Malaysia dan Filipina. Pramusaji mengangguk angguk, tapi sepertinya dengan raut muka yang masih kebingungan.
Kemudian penulis sedikit bercerita kepada pramusaji, bahwa penulis berasal dari Bali. Si pramusaji langsung mengangguk dengan mata berbinar,"0000h...from Bali...Why dont you mention it from beginning, so I will be easy to understand. I have ever been in Bali a year a go with my friend. I have visited Kuta, Tanah Lot, Bedugul, Kuta...so that's very nice place for holiday. Now I know that Bali is a part of Indonesia."
Penulis jujur saja merasa tersanjung dengan keberadaan Bali di Manca negara. Sebagai orang Indonesia yang lahir di Bali, penulis merasa bangga, karena dengan Bali dan nama khas Bali seperti Made, Wayan, Nyoman, Ketut, merupakan Brand tersendiri yang mencerminkan hospitality di Mancanegara. Lebih salut lagi, ketika selesai minum kopi di kedai tersebut, pramusaji mengucapkan " Matur Suksema Bli". Walah...bayangkan, dulu waktu di Bali, kita yang meladeni 'si Bule' dengan bahasa inggris, sekarang di negeri mereka, penulis yang diladeni sebagai tamu, dan mereka mengucapkan Bahasa Bali. Seneng bangeeet.....

Foto di atas merupakan pengalaman penulis ketika bekerja di kapal pesiar. Tampak di samping kanan dan kiri adalah teman-teman penulis sedang menikmati suasana pelabuhan. Ada yang senyum ada pula yang sedih. Mereka yang senyum kebanyakan karena sudah mendapat harapan mata pencarian yang menjanjikan hasil yang lebih besar daripada di Bali. Mereka yang tampak murung, tentunya disebabkan karena rindu pada kampung halamannya, khususnya pada kekasih, dan keluarga mereka.

Bagi mahasiwa yang sedang belajar dan melatih diri pada bidang pariwisata dan perhotelan, pesan penulis, sedapat mungkin, merantaulah ke negeri seberang, timbalah ilmu sebanyak mungkin. Ilmu yang diperoleh dari pengalaman, nilainya jauh lebih tinggi dari hanya membaca dan hanya mendengar. Ilmu yang diperoleh dari pengalaman, melibatkan seluruh panca indera, sehingga tingkat penguasaan pada bidang perhotelan menjadi lebih tinggi. Selagi masih muda, bertenaga besar, raihlah cita-cita setinggi langit. Kejarlah uang sebayak-banyaknya, buatlah usaha sendiri, menikahlah, dan lanjutkan kuliah setinggi-tingginya.