Bali
merupakan destinasi wisata internasional yang menjadi kebanggaan Indonesia.
Dengan keunikan dan keberagaman budaya yang bernilai tinggi dan merupakan
satu-satunya yang ada di dunia membuat Bali semakin sulit untuk disaingi oleh
destinasi lainnya di Indonesia dan di seluruh dunia. Kondisi tersebut dapat
dilihat dengan pertumbuhan wisatawan yang datang ke Bali yang menunjukkan tren
meningkat meski Bali menghadapi berbagai macam ‘petaka’ yang mengancam, seperti
: bom, isu SARS, sampah, kemacetan
dan berbagai hal-hal negatif lainnya.
Pertumbuhan
wisatawan yang semakin meningkat, merupakan peluang bagi investor untuk
mengembangkan usaha akomodasi di Bali. Tidak mengherankan saat ini pertumbuhan
usaha akomodasi yang semakin meningkat bahkan melampaui titik jenuh, yang
menyebabkan dampak negatif seperti persaingan harga jual kamar membuat Bali
yang sangat berkualitas menjadi destinasi yang murah meriah. Meskipun
pemerintah sudah mengeluarkan moratorium untuk menghentikan pembangunan hotel
di kawasan Selatan Pulau Bali, tapi seolah-olah tidak digubris para investor
untuk terus menerus membangun fasilitas akomodasi. Bahkan usaha akomodasi
seperti villa, guest house dibangun
bukan bertujuan untuk memberikan layanan hospitality,
tapi lebih kepada bisnis property yang memiliki tingkat return paling menguntungkan di seluruh dunia.
Pertambahan
usaha akomodasi yang terjadi secara terus menerus tersebut, tidak diiringi
dengan pertumbuhan jumlah tamu yang sepadan, menyebabkan pihak pengelola
akomodasi harus memikirkan strategi untuk dapat bertahan dan memenangkan
persaingan. Kondisi ideal yang diharapkan adalah pengelola usaha akomodasi
harus mampu menyediakan kualitas layanan yang semakin baik dan mampu memberikan
ciri khas tersendiri dalam pelayanan hospitality,
sehingga timbul kepuasan dan loyalitas pelanggan yang menginap.
Di
sisi lain, pengelola usaha akomodasi harus mampu menghemat biaya operasional
untuk dapat memperbesar marjin keuntungan. Salah satu upaya untuk menghemat
biaya operasional adalah dengan melakukan upaya multi tasking kepada karyawan. Multi
tasking merupakan upaya menambahkan beban kerja kepada karyawan sampai
batas maksimal, sehingga tidak perlu penambahan jabatan baru pada organisasi,
bahkan beberapa posisi dalam organisasi dapat dipangkas. Upaya multi tasking tentunya diiringi dengan
penambahan kompensasi atau remunerasi yang seimbang.
Gambar 1
Karyawan Dengan Multi Tasking
Sumber
: http://www.marceyrader.com/wp-content/uploads/2015/11/multitasking.jpg.2016
Kegiatan
Multi Tasking yang merupakan aplikasi
job enlargement tentunya harus
diiringi dengan upaya peningkatan kemampuan karyawan melalui job enrichment, program pelatihan dan
pengembangan yang terus menerus serta peningkatan kesejahteraan karyawan.
Faktor kesejahteraan tentunya merupakan hal yang sering diabaikan oleh
pengelola yang kurang professional, akibatnya setelah karyawan menjadi lebih
pandai dan memiliki nilai tinggi cenderung akan meninggalkan perusahaan karena
merasa beban kerja yang dipikulnya tidak sebanding dengan imbalan yang
diperoleh. Akibatnya turn over
karyawan menjadi tinggi dan posisi-posisi penting dalam pelayanan akomodasi
khususnya front liner yang berhubungan
langsung dengan tamu diisi oleh karyawan baru yang belum berpengalaman dan
perusahaan akhirnya menjadi tempat pelatihan untuk mencetak karyawan
professional bagi perusahaan lain. Tentunya perusahaan akan menjadi sangat
dirugikan.
Upaya
multi tasking di Bali sudah dilakukan semenjak tahun 1990. Misalnya pada Front Office Departement, terjadi
penggabungan posisi Receptionist dengan
Front Office Cashier menjadi Front
Desk Officer/Agent. Upaya merger
pada posisi tersebut sangat menguntungkan manajemen, karena akan menghemat
biaya pegawai/ labour cost. Jumlah
karyawan dapat dipangkas menjadi separuhnya, dan manajemen tentunya menaikkan
gaji karyawan sebesar 25%-50% dari gaji sebelumnya. Demikian pula pada Food and Beverage Departemen, posisi FB Cashier dan Bar Tender, Waiter/ess dapat dimerger. Demikian pula pada usaha
akomodasi berskala kecil seperti villa,
guest house dimana seorang karyawan dituntut mampu melakukan fungsi layanan
penjemputan tamu,penerimaan tamu, layanan informasi barang, layanan makanan dan
minuman, sampai pembayaran.
Konsep
Multi Tasking akan berjalan dengan
baik apa bila didukung dengan: (i) karyawan yang memiliki etos kerja yang
tinggi, (ii) system infomasi hotel dan teknologi informasi yang tinggi, (iii)
komitmen manajemen dalam memelihara dan mempertahankan karyawan dengan
menganggap karyawan adalah asset yang
unik dimana semakin lama dalam rentang waktu tertentu karyawan akan semakin
pandai/berkualitas yang berbeda dengan mesin, gedung, peralatan yang semakin
lama akan semakin menurun kualitasnya, (iv) perlu dilakukan work load analysis dalam menambahkan
beban kerja, jangan sampai karyawan menjadi overload
yang mengakibatkan kontraproduktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar