Kalau pada zaman Romawi orang melakukan
perjalanan wisata karena kebutuhan praktis, dambaan ingin tahu dan
dorongan keagamaan, maka pada zaman Hindu di Nusantara / Indonesia
khususnya di Bali telah terjadi pula perjalanan wisata karena dorongan
keagamaan.
Perjalanan Rsi Markandiya sekitar abad 8
dari Jawa ke Bali, telah melakukan perjalanan wisata dengan membawa
misi-misi keagaman. Demikian pula Empu Kuturan yang mengembangkan konsep
Tri Sakti di Bali datang sekitar abad 11 kemudian Dang Hyang Nirartha
(Pedanda Sakti Wawu Rawuh) pada abad ke 16 datang ke Bali sebagai misi
keagamaan dengan titik berat pada konsep Upacara.
Perjalanan wisata internasional di Bali
telah dimulai pada permulaan abad 20 dimana sebelumnya bahwa Bali
diketemukan oleh orang Belanda tahun 1579 yaitu oleh ekspedisi
(Cornellis de Houtman) dalam perjalanannya mengelilingi dunia untuk
mencari rempah-rempah lalu sampai di Indonesia.
Dari Pulau Jawa misi tersebut berlayar
menuju ke Timur dan dari kejauhan terlihatlah sebuah pulau yang
merimbun. Dikiranya pulau tersebut menghasilkan rempah-rempah. Setelah
mereka mendarat, mereka tidak menemukan rempah-rempah.
Hanya sebuah kehidupan dengan
kebudayaannya yang menurut pandangan mereka sangat unik, tidak pernah
dijumpai di tempat lain yang dikunjungi selama mereka mengelilingi
dunia, alamnya sangat indah dan mempunyai magnet/daya tarik tersendiri.
Pulau ini oleh penduduknya dinamakan Bali. Inilah yang mereka laporkan
kepada Raja Belanda pada waktu itu.
Kemudian pada tahun 1920 mulailah
wisatawan dari Eropa datang ke Bali. Hal ini terjadi berkat dari
kapal-kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijke Paketcart Maatsckapy)
yang dalam usahanya mencari rempah-rempah ke Indonesia dan juga agar
kapal-kapal tersebut mendapat penumpang dalam perjalanannya ke Indonesia
lalu mereka memperkenalkan Bali di Eropa sebagai (the Island of God).
Dari para wisatawan Eropa yang
mengunjungi Bali terdapat pula para seniman, baik seniman sastra,
seniman lukis maupun seniman tari. Dalam kunjungan berikutnya banyak
para seniman tersebut yang menulis tentang Bali seperti :
Seniman Sastra
Dr Gregor Krause adalah orang Jerman
yang dikirim ke Wetherisnds East Idies (Indonesia) bertugas di Bali pada
tahun 1921 yang ditugaskan untuk membuat tulisan-tulisan dan foto-foto
mengenai tata kehidupan masyarakat Bali. Bukunya telah menyebar ke
seluruh Dunia pada tahun 1920 yang bersangkutan tinggal di Bangli.
Miguel Covarrubias dengan bukunya the Island of Bali tahun 1930
Magaret Mead
Collin Mc Phee
Jone Bello
Mrs Menc (Ni Ketut Tantri) dengan bukunya Revolt In Paradise
Roelof Goris dengan bukunya Prasasti Bali menetap di Bali tahun 1928
Lovis Conperus (1863-1923) dengan
bukunya Easwords (Melawat ke Timur) memuji tentang Bali terutama
Kintamani.
Seniman Lukis
R. Bonet mendirikan museum Ratna Warta
Walter Spies bersama Tjokorde mendirikan
yayasan Pita Maha. Disamping dikenal sebagai pelukis ia juga mengarang
buku dengan judul Dance dan Drama in Bali. Pertama kali ke Bali tahun
1925.
Arie Smith yang membentuk aliran young artist
Le Mayeur orang Belgia mengambil istri
di Bali tinggal di Sanur tahun 1930 dengan Museum Le Mayeur di Bali 5.
Mario Blanco orang Spanyol juga seorang pelukis beristrikan orang Bali
dan menetap di Ubud.
Dan banyak lagi seniman baik asing
maupun Nusantara disamping menetap, mengambil obyek baik lukisan maupun
tulisan mengenai Bali. Dan tulisan-tulisan mengenai Bali mulai tahun
1920 sudah menyebar keseluruh Eropa dan Amerika.
Para Wisatawan asing yang sudah pernah
ke Bali lalu menceritakan pengalaman kunjungannya selama di Bali kepada
teman-temannya. Penyebaran informasi mengenai Bali baik karena
tulisan-tulisan tentang Bali maupun cerita dari mulut ke mulut
menyebabkan Bali dikenal di manca negara. Bahkan sampai saat ini nama
Bali masih lebih dikenal umum dibandingkan dengan nama Indonesia di
mancanegara.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka
penyebaran informasi mengenai daerah tujuan wisata (DTW). Bali selalu
mengutamakan nama Indonesia, baik itu penyebaran informasi melalui
brosur-brosur maupun pada pameran-pameran yang diadakan di negara asing.
Sehingga dengan demikian diharapkan nama Indonesia lebih dikenal dan
dipahami bahwa Bali adalah salah satu propinsi yang ada di Indonesia dan
merupakan bagian dari Indonesia, bukan sebaliknya.
Untuk menampung kedatangan wisatawan
asing ke Bali maka pada tahun 1930 didirikanlah hotel yang pertama di
Bali yaitu Bali Hotel yang terletak di jantung kota Denpasar, disamping
itu juga ada sebuah pesanggrahan yang terletak di kawasan wisata
Kintamani.
Pesanggrahan sangat strategis untuk
dapat melihat pemandangan alam Kintamani yang unik dan mempunyai daya
tarik tersendiri di mata wisatawan, bahkan pesanggrahan tersebut sangat
strategis untuk menyaksikan saat Gunung Batur meletus maupun
mengeluarkan asap.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat,
saat Gunung Batur meletus banyak roh-roh halus menyebar di sekitar
Kintamani, karena itu masyarakat setempat membuat upacara agar
ketentraman Desa terpelihara.
Pada saat Gunung Batur meletus pada
tahun1994 yang lalu kawasan Kintamani makin banyak dikunjungi wisatawan
yang ingin menyaksikan atraksi kegiatan Gunung Batur. Dan masyarakat
setempat pun kebagian rezeki dari kunjungan tersebut.
Nama Bali makin terkenal setelah pada
tahun 1932 rombongan Legong Peliatan melanglang buana ke Eropa dan
Amerika atas prakarsa orang-orang asing dan pada tahun berikutnya makin
banyak saja seni tari Bali yang diajak melanglang buana ke mancanegara.
Selama pementasan selalu pertunjukan tersebut mendapat acungan jempol.
Makin terkenalnya nama Bali di
mancanegara, kunjungan wisatawan asing makin banyak datang ke Bali.
Berbagai julukan diberikan kepada Bali antara lain :
The Island of Gods
The Island of Paradise
The Island of Thousand Temples
The Morning of The World oleh Pandit Jawahral Nehru
The Last Paradise on Earth dan lain sebagainya.
Kesemarakan Pariwisata Bali pernah
terhenti karena meletusnya Perang Dunia I tahun 1939 - 1941 dan Perang
Dunia II tahun 1942-1945 dan dilanjutkan dengan Revolusi Kemerdekaan RI
tahun 1942-1949.
Baru pada tahun 1956 kepariwisataan di
Bali dirintis kembali. Pada tahun 1963 didirikan Hotel Bali Beach (Grand
Bali Beach sekarang) dan diresmikan pada bulan November 1966. Hotel
Bali Beach (Grand Bali Beach) mempunyai sejarah tersendiri dimana
merupakan satu-satunya hotel berlantai 9 (sembilan) tingginya lebih dari
15 meter.
Hotel ini dibangun sebelum ada ketentuan
bahwa bangunan di Bali maksimal tingginya 15 meter, sesuai dengan Surat
Keputusan Gubernur Kdh. Tk. I Bali tanggal 22 November 1971 Nomor
13/Perbang. 1614/II/a/1971. Isinya antara lain bahwa bangunan di Daerah
Bali tingginya maksimal setinggi pohon kelapa atau 15 meter.
Hotel Bali Beach dibangun atas biaya
dari rampasan perang Jepang. Hotel tersebut pernah terbakar pada tanggal
20 Januari 1993, pada saat hotel tersebut terbakar terjadi keanehan
yaitu kamar nomor 327, satu-satunya kamar yang tidak terbakar sama
sekali.
Setelah Hotel Bali Beach diresmikan pada
bulan November 1966 maka bulan Agustus 1969 diresmikan Pelabuhan Udara
Ngurah Rai sebagai pelabuhan internasional. Kepariwisataan di Bali
dilaksanakan secara lebih intensif, teratur dan terencana yaitu ketika
dimulai dicanangkan Pelita I pada April 1969.
Sumber : baliaga.com