Pariwisata adalah sebuah industri besar yang menjanjikan banyak keuntungan. Industri ini sangat membutuhkan stabilitas, atau dengan kata lain, industri ini sangat volatil/labil terhadap perubahan-perubahan. Beberapa minggu terakhir bulan Januari 2010 terjadi pembobolan kartu atm di beberapa bank terkemuka seperti BNI, BCA dan BRI.
Keadaan ini tentunya berdampak tidak baik bagi kepariwisataan di Bali. Wisatawan tentunya merasa tidak nyaman dalam menggunakan perangkat transaksi elektronik. Masyarakatpun merasa cemas karena khawatir dana yang tersimpan di Bank akan hilang.
Para pelaku pembobolan rekening nasabah diperkirakan menggunakan perangkat yang cukup murah, yang dapat dibeli dengan mudah secara online. Pakar teknologi informasi digital forensik Ruby Z Alamsyah menduga pembobolan dengan modus tersebut dilakukan oleh sindikat yang bekerja secara rapi dan profesional. Menurut Ruby, pencurian uang nasabah melalui transaksi ATM ini hanya bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan canggih. Bahkan untuk memperoleh peralatan tersebut tidak membutuhkan biaya yang terlalu mahal. "Setidaknya, ada tiga empat alat yang digunakan untuk mencuri uang nasabah melalui ATM. Alat itu adalah ATM skimmer, spy camera, magnetic writer, dan alat untuk membuat kartu ATM palsu,” katanya kepada Koran Seputar Indonesia, kemarin. Dia menuturkan, bukan hal sulit untuk mendapatkan seluruh peralatan itu karena hanya membutuhkan modal sekitar USD1.000 hingga USD1.500 atau tidak lebih dari Rp15 juta rupiah. "Apalagi seluruh peralatan itu bisa dibeli melalui internet," tambahnya.
Sulit bagi nasabah untuk melakukan langkah antisipasi. Salah satu yang bisa dilakukan nasabah, kata Ruby, adalah dengan mengenal betul alat ATM skimmer itu. Sayangnya nasabah di Indonesia belum paham bagaimana bentuk ATM skimmer sehingga perlu sosialisasi untuk mengenal alat itu.Menurut Ruby, dalam kasus ini, tanggung jawab antisipasi berada di industri perbankan. Kejadian ini menunjukkan bahwa prosedur keamanan bank masih belum optimal.
Oleh karena itu perlu diperkuat sistem keamanan dalam bertransaksi. Sebuah tantangan bagi dunia perbankan kita dan pakar Information and Technology untuk mengembangkan sistem yang mampu mencegah terjadinya kasus pembobolan ATM yang sangat meresahkan masyarakat dan mengganggu kenyamanan para wiatawan dalam melakukan transaksi.
Keadaan ini tentunya berdampak tidak baik bagi kepariwisataan di Bali. Wisatawan tentunya merasa tidak nyaman dalam menggunakan perangkat transaksi elektronik. Masyarakatpun merasa cemas karena khawatir dana yang tersimpan di Bank akan hilang.
Para pelaku pembobolan rekening nasabah diperkirakan menggunakan perangkat yang cukup murah, yang dapat dibeli dengan mudah secara online. Pakar teknologi informasi digital forensik Ruby Z Alamsyah menduga pembobolan dengan modus tersebut dilakukan oleh sindikat yang bekerja secara rapi dan profesional. Menurut Ruby, pencurian uang nasabah melalui transaksi ATM ini hanya bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan canggih. Bahkan untuk memperoleh peralatan tersebut tidak membutuhkan biaya yang terlalu mahal. "Setidaknya, ada tiga empat alat yang digunakan untuk mencuri uang nasabah melalui ATM. Alat itu adalah ATM skimmer, spy camera, magnetic writer, dan alat untuk membuat kartu ATM palsu,” katanya kepada Koran Seputar Indonesia, kemarin. Dia menuturkan, bukan hal sulit untuk mendapatkan seluruh peralatan itu karena hanya membutuhkan modal sekitar USD1.000 hingga USD1.500 atau tidak lebih dari Rp15 juta rupiah. "Apalagi seluruh peralatan itu bisa dibeli melalui internet," tambahnya.
Sulit bagi nasabah untuk melakukan langkah antisipasi. Salah satu yang bisa dilakukan nasabah, kata Ruby, adalah dengan mengenal betul alat ATM skimmer itu. Sayangnya nasabah di Indonesia belum paham bagaimana bentuk ATM skimmer sehingga perlu sosialisasi untuk mengenal alat itu.Menurut Ruby, dalam kasus ini, tanggung jawab antisipasi berada di industri perbankan. Kejadian ini menunjukkan bahwa prosedur keamanan bank masih belum optimal.
Oleh karena itu perlu diperkuat sistem keamanan dalam bertransaksi. Sebuah tantangan bagi dunia perbankan kita dan pakar Information and Technology untuk mengembangkan sistem yang mampu mencegah terjadinya kasus pembobolan ATM yang sangat meresahkan masyarakat dan mengganggu kenyamanan para wiatawan dalam melakukan transaksi.