Wawancara merupakan teknik pengumpulan data
yang sering digunakan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau
percakapan antara pewawancara
(interviewer) dan terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi
dari interviewee (Satori dan Komariah, 2012 : 129).
Wawacara mendalam dilakukan dalam konteks observasi
partisipasi. Peneliti secara intensif terlibat dengan informan secara mendalam.
Milan dan Schumacher dalam Satori dan Komariah (2012 : 130) menjelaskan bahwa ,
wawancara yang mendalam adalah tanya jawab yang terbuka untuk memperoleh data
tentang maksud hati partisipan – bagaimana menggambarkan dunia mereka dan
bagaimana mereka menjelaskan atau menyatakan perasaannya tentang
kejadian-kejadian penting dalam hidupnya. Stainback (1988) dalam Satori dan
Komariah (2012:130) Interviewing provide
the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant
interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation
alone. Jadi, dengan wawancara, maka
peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
mengekspresikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat
ditemukan dalam observasi.
Wawancara mendalam juga merupakan instrumen
penelitian. Dengan wawancara mendalam kepada informan (orang yang dapat
memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan
dapat berperan sebagai nara sumber dalam penelitian, Moleong dan Miles dalam
Mantra, 2004:86) peneliti dapat mengetahui alasan sebenarnya dari responden
mengambil keputusan seperti itu. Informan penelitian terdiri dari tiga
kelompok, yaitu :
a. Informan
kunci, yakni informan yang dapat memberikan informasi inti dari penelitian yang
dilakukan
b. Informan
Ahli, yaitu para ahli yang sangat memahami dan dapat memberikan penjelasan
berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian dan tidak dibatasi dengan wilayah
tempat tinggal. Misalnya : Akademisi, budayawan, tokoh masyarakat, agama dll.
c. Informan
insidental, yakni siapa saja yang ditemukan di wilayah penelitian yang diduga
dapat memberikan informasi tentang masalah yang diteliti.
Sugiyino
(2013 : 233), jenis wawancara semi-terstruktur
(semi structructure interview) sudah termasuk
dalam kategori in-depth interview, dimana
dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara
ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka , dimana fihak yang
diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
Steps
Involved in Conducting In-depth Interviews
1.
Developing a sampling strategy
(Whose
attitudes and beliefs matter to your research, and how will you find these
people?)
2.
Writing an in-depth interview guide
(An
in-depth interview guide contains the questions that will be asked during the
interview.)
3.
Conducting the interviews
(Contact
potential respondents to complete an interview.)
4.
Analyzing the data
(Making
sense of the findings.)
Daftar Pustaka
Anonim.2007.Workbook E : Conducting
In-Depth Interview. http://www.wallacefoundation.org/knowledge-center/after-school/collecting-and-using-data/Documents/Workbook-E-Indepth-Interviews.pdf
Mantra, Ida Bagoes.2004.
Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Satori,Djam’an dan Komariah,Aan.2012.Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung : alfabeta
Sugiyono.2013.Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung : Alfabeta
Berry, Rita S.Y.
1999. Collecting Data By In-Depth Interviewing. University of Exeter & Hong
Kong Institute of Education: Hong Kong http://www.leeds.ac.uk/educol/documents/000001172.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar