Bali merupakan daerah tujuan wisata internasional, yang diminati oleh wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara (internasional). Di Bali sendiri ada banyak kawasan wisata dan obyek wisata yang sudah dikenal sejak dahulu kala (misalnya : Sanur, Kuta, Ubud, Tanah Lot, Pura Besakih, Tampak Siring dsb) maupun kawasan dan obyek wisata yang baru dikembangkan beberapa dekade belakangan ini ( misalnya : kawasan wisata Nusa Dua, Jimbaran, Jati Luwih, Yeh Panes, dsb).
Semakin diminati Pulau Bali oleh wisatawan, yang tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan yang cendrung meningkat dari tahun ke tahun, juga jumlah kamar hotel dan juga jumlah restaurant yang semakin bertambah, hal ini menunjukkan bahwa Pulau Bali semakin ‘ter-eksploitasi’ untuk kegiatan pariwisata. Suatu hal yang tidak mungkin hilang dalam kenyataan adalah konsep ‘rwa-bineda’, ‘jele-melah’, ‘baik-buruk’. Konsep ini juga berlaku bagi dunia pariwisata di Pulau Bali ini. Sisi baik yang diberikan oleh kegiatan pariwisata di Pulau Bali, jelas sudah dirasakan bersama oleh segenap masyarakat Pulau Bali, misalnya : Meningkatnya taraf hidup masyarakat, Pesatnya pembangunan, Pertukaran Budaya, Berkurangnya pengangguran. Sisi tidak baik yang disumbangkan oleh kegiatan pariwisata-pun tentunya tidak dapat dielakkan, seperti : pencemaran lingkungan (udara, sampah plastik, air, tanah, suara), lunturnya nilai-nilai luhur warisan budaya nenek moyang (komodifikasi budaya, hilangnya ke-‘bali’an orang bali) dan munculnya masalah sosial (judi, minuman keras, pelacuran dsb)
Yang perlu diperhatikan demi menjaga ke’ajegan’ Bali, tentunya adalah dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan pariwisata. Dengan mengamati dan mencermati fenomena-fenomena yang timbul, maka akan muncul kekhawatiran akan hancurnya Pulau Bali tercinta ini, jika kerusakan-kerusakan yang timbul tidak segera dibenahi. Paper ini bertujuan untuk mencermati isu-isu negatif yang timbul akibat aktivitas pariwisata. Untuk dapat mewakili, maka isu-isu tersebut digolongkan dalam lima kategori isu, yakni : (i) isu lingkungan, (ii) isu budaya , (iii) isu sosial, (iv) isu kesehatan dan (v) isu kemacetan lalu lintas. Kesemua isu ini diamati pada tiga objek wisata, yakni pada objek wisata (i) Kuta, (ii) Bedugul, meliputi danau buyan, bratan dan danau tamblingan, dan (iii) Sanur.
Kuta
Kuta merupakan objek wisata yang sudah dikenal sejak dahulu kala (mulai tahun 60an). Pantai Kuta yang indah dan akses yang sangat dekat dengan bandara internasional Ngurah Rai, menjadikannya sebagai ‘kampung wisatawan’. Kuta berada dalam wilayah Kabupaten Badung, sebagai penyumbang pendapatan asli daerah yang besar yang berasal dari kegiatan pariwisata.
Dampak positif pariwisata di Kuta sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Berdirinya hotel-hotel, restaurant, pasar seni, penukaran uang, hiburan malam tak pelak mengangkat status ekonomi penduduk asli kuta. Jika dahulu sekitar tahun 80-an penduduk Kuta kebanyakan hidup dari sektor kelautan (nelayan) dan peternakan dengan pendapatan yang minim, sekarang penduduk asli Kuta sebagian besar tidak perlu bekerja keras. Dengan modal tanah warisan yang dikelola dengan baik, penduduk asli kuta kebanyakan mengelola lahannya untuk pertokoan, rumah kos, hotel dan kegiatan bisnis yang berhubungan dengan pariwisata.
Dampak negatif pariwisata di Kuta tercermin pada isu-isu yang timbul, berasal dari observasi penulis pada objek wisata kuta, yakni :
a. Isu Lingkungan
Aberasi pantai (sepanjang pantai kuta), hal ini diduga penyebabnya adalah pemanasan global, kondisi ini tidak saja terjadi pada Pantai Kuta, melainkan juga seluruh pantai yang ada di Bali.
Sampah plastik (disepanjang trotoar dan selokan), hal ini diduga penyebabnya adalah kurang disiplinnya masyarakat kuta, juga wisatawan dalam membuang sampah plastik, juga belum sadarnya produsen-produsen untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik dan menggantinya dengan bahan-bahan lain yang lebih ramah lingkungan
Banjir, disebabkan kurang disiplinnya masyarakat dalam membuang sampah, masih ada yang membuang sampah ke got/selokan. Diduga penyebab lainnya adalah sistem drainase yang kurang baik.
b. Isu Budaya
Berkurangnya kesakralan upacara adat Bali (terutama di sepanjang pantai kuta). Pada saat melaksanakan upacara melasti, banyak wisatawan yang menggunakan bikini menyaksikan upacara, hal ini tentunya sangat kontras dengan masyarakat bali yang begitu khusuk melaksanakan upacara.
c. Isu Sosial
Prostitusi, merupakan pemenuhan kebutuhan biologis yang melanggar norma agama dan kesusilaan. Transaksi sering dilakukan di pusat-pusat hiburan malam, hotel-hotel bahkan di sepanjang jalan legian.
Narkoba
Free sex
d. Isu Kesehatan
Demam berdarah
Flu Babi (gerbang internasional)
e. Isu Kemacetan Lalu Lintas
Pada jam kerja
Upacara adat
Dampak positif pariwisata di Kuta sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Berdirinya hotel-hotel, restaurant, pasar seni, penukaran uang, hiburan malam tak pelak mengangkat status ekonomi penduduk asli kuta. Jika dahulu sekitar tahun 80-an penduduk Kuta kebanyakan hidup dari sektor kelautan (nelayan) dan peternakan dengan pendapatan yang minim, sekarang penduduk asli Kuta sebagian besar tidak perlu bekerja keras. Dengan modal tanah warisan yang dikelola dengan baik, penduduk asli kuta kebanyakan mengelola lahannya untuk pertokoan, rumah kos, hotel dan kegiatan bisnis yang berhubungan dengan pariwisata.
Dampak negatif pariwisata di Kuta tercermin pada isu-isu yang timbul, berasal dari observasi penulis pada objek wisata kuta, yakni :
a. Isu Lingkungan
Aberasi pantai (sepanjang pantai kuta), hal ini diduga penyebabnya adalah pemanasan global, kondisi ini tidak saja terjadi pada Pantai Kuta, melainkan juga seluruh pantai yang ada di Bali.
Sampah plastik (disepanjang trotoar dan selokan), hal ini diduga penyebabnya adalah kurang disiplinnya masyarakat kuta, juga wisatawan dalam membuang sampah plastik, juga belum sadarnya produsen-produsen untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik dan menggantinya dengan bahan-bahan lain yang lebih ramah lingkungan
Banjir, disebabkan kurang disiplinnya masyarakat dalam membuang sampah, masih ada yang membuang sampah ke got/selokan. Diduga penyebab lainnya adalah sistem drainase yang kurang baik.
b. Isu Budaya
Berkurangnya kesakralan upacara adat Bali (terutama di sepanjang pantai kuta). Pada saat melaksanakan upacara melasti, banyak wisatawan yang menggunakan bikini menyaksikan upacara, hal ini tentunya sangat kontras dengan masyarakat bali yang begitu khusuk melaksanakan upacara.
c. Isu Sosial
Prostitusi, merupakan pemenuhan kebutuhan biologis yang melanggar norma agama dan kesusilaan. Transaksi sering dilakukan di pusat-pusat hiburan malam, hotel-hotel bahkan di sepanjang jalan legian.
Narkoba
Free sex
d. Isu Kesehatan
Demam berdarah
Flu Babi (gerbang internasional)
e. Isu Kemacetan Lalu Lintas
Pada jam kerja
Upacara adat