Jumat, Maret 20, 2009

SOSIAL BUDAYA PARIWISATA 2

Unsur sosial budaya yang menjadi daya tarik wisatawan (Spillane,2008)
  1. Kerajinan, adalah segala sesuatu yang merupakan hasil kegiatan manusia yang berwujud benda unik, indah dan menarik. Contoh : Topeng,Patung, gantungan kunci, lukisan dan anyam-anyaman
  2. Bahasa, adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi, tidak berwujud . Contoh : Bahasa Bali, Bahasa Indonesia
  3. Tradisi-tradisi, adalah kebiasaan-kebiasaan dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang terjadi secara turun menurun dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh : Manusa yadnya, pitra yadnya, rsi yadnya
  4. Gastronomi, adalah hal-hal yang menyangkut makanan / kuliner/tata boga yang meliputi cita rasa, bahan baku, teknik pengolahan dan teknik penyajian. Contoh : masakan/hidangan khas bali
  5. Kesenian/Musik, adalah wujud ekspresi keindahan yang terlahir dari cipta rasa dan karsa dan terwujud dalam gerak, suara dan gambar. Contoh : tari bali, kidung/geguritan/kekawin, seni lukis
  6. Sejarah, adalah hasil perbuatan masa lampau dari suatu bangsa yang menjadi sebab dari suatu fenomena / keadaan masyarakat saat ini. Contoh : Sejarah kerajaan nusantara.
  7. Pekerjaan, adalah segala sesuatu yang dilakukan sebagai sumber penghidupan, dimana dengan melakukan hal tersebut akan mendapatkan wan prestasi. Contoh : Pekerjaan sebagai nelayan, petani, perajin, seniman dsb
  8. Arsitektur, adalah perwujudan seni pada tata bangunan dan tata ruang dan dapat menjadi ciri khas suatu daerah. Contoh : arsitektur bali
  9. Agama, adalah jalan hidup manusia untuk mendekatkan diri bahkan menyatu kepada Sang Pencipta. Contoh : Hindu, Budha,Kristen, Islam
  10. Pendidikan, adalah suatu proses yang berkesinambungan dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan seseorang
  11. Mode / Costume, adalah segala sesuatu yang sedang populer pada saat sekarang dan sangat diminati masyarakat
  12. Leisure (waktu luang), adalah segala sesuatu yang dilakukan pada waktu luang dengan aktivitas yang mampu memberi efek relaksasi pada diri.
Tantangan dan peluang yang dihadapi SDM Pariwisata di era globalisasi :
  1. Tantangan, Kondisi masyarakat dunia dan masyarakat Indonesia yang sedang mengalami perubahan, menghadapi tata hubungan antar bangsa yang makin terbuka bebas. Arus informasi budaya yang datang dari luar makin meningkat dan tidak dapat dicegah.
  2. Peluang, Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam , budaya dan kesenian, yang memiliki potensi untuk pengembangan pariwisataIndonesia memiliki jumlah penduduk yang besar yang berpotensi untuk menggerakkan industri pariwisata
  3. Budaya Indonesia yang ramah tamah, berperilaku sopan dan menghargai tamu
Posisi sumber daya manusia pariwisata Indonesia / Bali dewasa ini dalam persaingan global :
Pada akhir bulan Oktober lalu, the World Economic Forum (WEF) menerbitkan Index Daya Saing Pariwisata Dunia tahun 2007. Index ini menempatkan Indonesia pada peringkat 60. Sedangkan Singapura berada pada no. 8, Malaysia no. 31 dan Thailand no. 43. Lagi-lagi ini merupakan kenyataan yang harus dihadapi Indonesia. Ternyata bahwa penilaian WEF terhadap “daya saing” tidak saja diukur dari keindahan alam dan keaneka ragaman budaya dari suatu destinasi. Bukan juga semata masalah harga yang kurang menarik, ataupun sektor swasta yang kalah berbisnis. ”Rapor” daya saing versi WEF ini didasarkan kepada 13 kriteria, yaitu: perundangan, peraturan dan kebijakan yang menata dan mengembangkan pariwisata dan perjalanan (Tourism and Travel); Kebijakan lingkungan hidup; Keamanan destinasi; Kebersihan; Kesehatan; penempatan Travel and Tourism sebagai prioritas pembangunan; Infrastruktur Perhubungan Udara; Infrastruktur Pariwisata; Infrastruktur Teknologi Informasi; Daya Saing Harga; mutu dan kinerja Sumber Daya Manusia; Persepsi nasional terhadap Pariwisata; dan baru terakhir: Sumber Daya Alam dan Budaya. Jelas bahwa sebagian terbesar merupakan kewenangan instansi lain di luar Pariwisata.
Penilaian Index Pariwisata Indonesia pada tingkat 60, selain didasarkan pada statistik dan data, mau tidak mau juga didasarkan kepada persepsi dunia yang oleh media televisi global termasuk media di Indonesia sendiri, memberi kesan bahwa negara ini tetap kurang aman, kotor, tidak sehat, dll. yang semuanya menghambat keinginan dan nyali wisatawan untuk berlibur di Indonesia. Tetapi jujur saja, selain faktor eksternal, ada juga masalah internal kepariwisataan yang bermuara kepada lemahnya Indonesia bersaing di kancah pariwisata global. Bila kita teliti kriteria yang menjadi dasar penilaian WEF diatas, maka sebenarnya kelemahan Pariwisata Indonesia terletak pada lemahnya Management dan Kepemimpinan Destinasi di setiap tingkat, lemahnya profesionalisme SDM di semua tingkatan, tidak jelasnya Political Will (dari Eksekutif maupun Legislatif) yang secara konsisten memprioritaskan pengembangan kepariwisataan, yang terasa pada minimnya anggaran yang dialokasikan kepada sektor ini, sehingga dengan sendirinya Indonesia tidak mampu bersaing dengan negara lain yang memiliki biaya jauh lebih besar bagi pembangunan dan pemasaran sektor pariwisata. Dan tidak kalah penting adalah kenyataan bahwa Komunikasi internasional Indonesia di pihak Pemerintah maupun pada berita media domestik ke luar negeri masih sangat lemah. Indonesia jarang meng-counter tuduhan dan berita negatif yang dilontarkan dunia internasional, sehingga berita dan citra yang usang perihal terjadinya teror, penyakit menular, bencana alam, kecelakaan pesawat di Indonesia masih melekat pada persepsi masyarakat dunia, yang berakibat kepada hilangnya kepercayaan (trust) wisatawan bahwa Indonesia adalah destinasi yang menarik untuk dikunjungi.
Posisi ideal yang diharapkan di masa yang akan datang :
Sumber daya manusia Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan sumber daya manusia global. Oleh karenanya perlu langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pariwisata Indonesia, melalui pendidikan, pelatihan dan program sertifikasi tenaga kerja pariwisata Indonesia . Sedikit tidaknya SDM Pariwisata dalam waktu dekat sudah mampu naik peringkatnya dari urutan 53 menuju urutan 52, 51 s/d 1.
Hanya sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas, baik dalam produk maupun pelayanan dapat hidup dalam persaingan global. Pernyataan ini sangat tepat, karena seperti kita ketahui bersama tingkat persaingan di dalam industri pariwisata dewasa ini sudah sangat tinggi. Oleh karenanya salah satu cara untuk bertahan dan memenangkan persaingan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Terlebih lagi di dalam industri pariwisata, produk utama yang dijual adalah pelayanan, dimana pelayanan yang prima (excellent service) hanya dapat dilakukan oleh manusia. Jika pelayanan sudah dilakukan dengan sebaik mungkin, maka kepuasan wisatawan akan dapat dicapai. Kunci strategis memenangkan persaingan adalah dengan menjamin kepuasan wisatawan melalui kualitas sumber daya manusia.
Pelaksanaan pembangunan pariwisata bagi suatu negara adalah terwujudnya kesejahteraan dan perdamaian dunia.
Pernyataan ini menunjukkan dengan pariwisata maka kesejahteraan terwujud, karena terjadi aktifitas ekonomi (transaksi) yang dapat menimbulkan efek multiflier. Hal ini tentunya akan mengarah pada pemerataan pendapatan dan berakhir pada peningkatan kesejahteraan.Perdamaian dapat diwujudkan melalui peran pariwisata, karena dengan adanya pariwisata maka terjadi pertukaran budaya dan nilai-nilai luhur, terjadi pula hubungan persahabatan dengan berbagai macam bangsa di dunia, kondisi kondusif ini akan menimbulkan suatu konsep berpikir pada masyarakat pariwisata dan berkembang pada masyarakat umum bahwa pada hakekatnya semua manusia di bumi ini adalah sama (tatwam asi), sama-sama ciptaan Tuhan, dibawah matahari, bulan dan bintang yang sama.

1 komentar: