Halaman Utama

Sabtu, Oktober 05, 2013

Menggali Permata dalam Lumpur




Menyusun sebuah karya ilmiah, bukanlah perkara yang mudah. Ketekunan, kesabaran, ketangguhan, semangat, konsentrasi, ketersediaan waktu, biaya dan pengorbanan merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang harus dimiliki dalam diri seorang peneliti, pelajar , akademisi. Seringkali  hantu kegagalan menggoda dalam setiap langkah dalam menyusun sebuah karya ilmiah yang bermutu .
Masalah-masalah yang umumnya dihadapi dalam penulisan karya ilmiah anatra lain:

  1. Kurang mampu konsentrasi. Konsentrasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam menulis karya ilmiah. Konsentrasi merupakan ‘pisau’ yang sangat tajam yang mampu membelah, mengiris sekaligus mengarahkan setiap ide-ide dan merangkainya dalam susunan kata-kata yang tepat sesuai tahapan-tahapan dalam penyusunan karya ilmiah. Konsentrasi yang lemah membuat penyelesaian sebuah karya ilmiah menjadi lama, monoton dan berputar-putar. 
  2.  Keterbatasan sumber bacaan yang relevan. Seringkali sumber bacaan atau literatur yang terbatas menjadi hambatan dalam menjustifikasi ide yang brilian. Sebuah justifikasi dari jurnal imiah internasional yang terakreditasi merupakan sebuah syarat mutlak bagi karya ilmiah yang bermutu. Sayangnya, ketika ide brilian itu muncul, mungkin sudah ada dalam penelitian orang lain sebelumnya namun si penulis tidak memiliki penelitian tersebut. Akibatnya proses penulisan karya ilmiah menjadi terhambat, karena harus mencari dimana ‘ide brilian’  itu berada. 
  3. Keterbatasan peralatan dan perlengkapan. Untuk menulis karya ilmiah, dibutuhkan peralatan ‘sewajarnya’ seperti komputer, kamus, jurnal-jurnal ilmiah bermutu, telepon dan nomor telepon ‘brainstorming’ partner,koneksi internet dan literatur-literatur. Apabila salah satu dari peralatan dan perlengkapan ini tidak tersedia, dapat menghambat kelancaran penulisan karya ilmiah. 
  4. Kurangnya nara sumber. Relasi, koneksi pada para pakar yang membidangi tema karya ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Makin banyak pakar dan nara sumber yang bersedia membantu memberikan sumbangan ide, petunjuk, maka makin ‘bersinar’ karya ilmiah yang dibuat. 
  5. Keterbatasan waktu. Untuk menulis sebuah karya ilmiah, dibutuhkan waktu yang lapang. Sering kali, khususnya di Indonesia, budaya menulis belum seperti di negara-negara maju, dimana menulis karya ilmiah masih dianggap sebuah pekerjaan sampingan, atau mengisi kesibukan deitengah pekerjaan pokok. Waktu untuk menulis karya ilmiah merupakan waktu ‘sisa’ setelah mengerjakan pekerjaan pokok di kantor. Ide-ide yang brilian, biasanya seringkali muncul di pagi hari sebelum jam 12.00 siang atau pada malam hari setelah jam 12.00 malam. 
  6. Keterbatasan dana. Untuk menulis karya ilmiah membutuhkan beberapa survey pendahuluan, pengumpulan data, membeli buku-buku, berlangganan jurnal ilmiah, dan beberapa software komputer. Apabila dana tidak mencukupi, maka dapat dipastikan penyelesaian karya ilmiah dapat terhambat. 
  7. Lingkungan yang kurang mendukung. Faktor lingkungan yang nyaman, tenang, bebas dari suara berisik, aroma dan atmosphere ruangan yang ‘menginspirasi’ merupakan hal yang sangat penting. Konsentrasi sangat bergantung pada suasana lingkungan sekitar. Suasana lingkungan yang kondusif merupakan hal yang patut diusahakan dan dimiliki oleh penulis karya ilmiah. 
  8. Malas membaca.Membaca merupakan aktivitas yang dapat  memperkaya pengetahuan dan sumber inspirasi bagi penulis. Tanpa membaca yang banyak, maka ide,inspirasi tidak mungkin muncul dengan cemerlang. 
  9. Malas menulis.Karya ilmiah yang jumlahnya ribuan kata, berawal dari satu kata yang ditulis. Sering kali sifat menunda-nunda waktu menjadi bumerang terhadap penyelesaian karya ilmiah.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan, tentunya dengan menaklukan semua faktor penghambat tersebut di atas. Memang bukan hal mudah, karena seringkali komitmen dalam menulis sebuah karya ilmiah bukanlah sebuah komitmen utama  bagi seorang pelajar atau penulis. Menulis sering dianggap sebagai pekerjaan sambilan yang kurang bermanfaat, atau pekerjaan yang menjemukan dan sangat sulit untuk dilakukan. 

Bagi seorang mahasiswa, untuk menyelesaikan studinya harus menulis karya ilmiah entah berupa Laporan Tugas Akhir, Paper, Report, Skripsi, Tugas Akhir, Thesis bahkan disertasi. Mau tidak mau harus ‘memaksa’diri untuk menulis dan hal tersebut memang tidak mudah. Terlebih lagi saat ini pengawasan terhadap ‘plagiarisme’ atau penjiplakan sudah menjadi aktifitas yang digalakkan bagi setiap institusi pendidikan tinggi di Indonesia.

Tulisan ini merupakan refleksi penulis terhadap berbagai kendala yang dihadapi pada saat menulis sebuah tulisan /karya ilmiah. Namun demikian, kenikmatan dan ephoria sudah mulai terasa pada saat mulai menuangkan ide-ide dalam paragraf. Memang tidak dan jauh dari sempurna. Namun demikian, paling tidak sudah mulai belajar menulis dan menikmati kegiatan menulis.

Semoga dengan kekuatan yang muncul dari pikiran dan hati, mampu menggali dan  meraih ‘permata’ atau ‘karya ilmiah cemerlang’ yang mampu memperkaya lentera-lentera dalam kegelapan, kebodohan, kemalasan, sehingga semua menjadi lebih terang sebagai pedoman dalam melangkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar