RESEARCH OF BALI HOTEL AND TOURISM DEVELOPMENT Memuat tema seputar kepariwisataan dan perhotelan yang berhubungan dengan lingkungan, sosial budaya,hukum dan manajemen
Halaman Utama
▼
Selasa, Oktober 08, 2013
Sabtu, Oktober 05, 2013
Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data
yang sering digunakan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau
percakapan antara pewawancara
(interviewer) dan terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi
dari interviewee (Satori dan Komariah, 2012 : 129).
Wawacara mendalam dilakukan dalam konteks observasi
partisipasi. Peneliti secara intensif terlibat dengan informan secara mendalam.
Milan dan Schumacher dalam Satori dan Komariah (2012 : 130) menjelaskan bahwa ,
wawancara yang mendalam adalah tanya jawab yang terbuka untuk memperoleh data
tentang maksud hati partisipan – bagaimana menggambarkan dunia mereka dan
bagaimana mereka menjelaskan atau menyatakan perasaannya tentang
kejadian-kejadian penting dalam hidupnya. Stainback (1988) dalam Satori dan
Komariah (2012:130) Interviewing provide
the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant
interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation
alone. Jadi, dengan wawancara, maka
peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
mengekspresikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat
ditemukan dalam observasi.
Wawancara mendalam juga merupakan instrumen
penelitian. Dengan wawancara mendalam kepada informan (orang yang dapat
memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan
dapat berperan sebagai nara sumber dalam penelitian, Moleong dan Miles dalam
Mantra, 2004:86) peneliti dapat mengetahui alasan sebenarnya dari responden
mengambil keputusan seperti itu. Informan penelitian terdiri dari tiga
kelompok, yaitu :
a. Informan
kunci, yakni informan yang dapat memberikan informasi inti dari penelitian yang
dilakukan
b. Informan
Ahli, yaitu para ahli yang sangat memahami dan dapat memberikan penjelasan
berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian dan tidak dibatasi dengan wilayah
tempat tinggal. Misalnya : Akademisi, budayawan, tokoh masyarakat, agama dll.
c. Informan
insidental, yakni siapa saja yang ditemukan di wilayah penelitian yang diduga
dapat memberikan informasi tentang masalah yang diteliti.
Sugiyino
(2013 : 233), jenis wawancara semi-terstruktur
(semi structructure interview) sudah termasuk
dalam kategori in-depth interview, dimana
dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara
ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka , dimana fihak yang
diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
Steps
Involved in Conducting In-depth Interviews
1.
Developing a sampling strategy
(Whose
attitudes and beliefs matter to your research, and how will you find these
people?)
2.
Writing an in-depth interview guide
(An
in-depth interview guide contains the questions that will be asked during the
interview.)
3.
Conducting the interviews
(Contact
potential respondents to complete an interview.)
4.
Analyzing the data
(Making
sense of the findings.)
Daftar Pustaka
Anonim.2007.Workbook E : Conducting
In-Depth Interview. http://www.wallacefoundation.org/knowledge-center/after-school/collecting-and-using-data/Documents/Workbook-E-Indepth-Interviews.pdf
Mantra, Ida Bagoes.2004.
Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Satori,Djam’an dan Komariah,Aan.2012.Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung : alfabeta
Sugiyono.2013.Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung : Alfabeta
Berry, Rita S.Y.
1999. Collecting Data By In-Depth Interviewing. University of Exeter & Hong
Kong Institute of Education: Hong Kong http://www.leeds.ac.uk/educol/documents/000001172.htm
Kuesioner
Pada penelitian survei, penggunaan kuesioner
terstruktur merupakan hal pokok untuk pengumpulan data dari responden. Dari
kuesioner tersebut akan didapat jawaban berupa angka-angka, dan pernyataan yang
dapat diberi kode berupa angka-angka, sehingga dapat dibuat tabel statistik.
Setelah kuesioner disusun dan
diulas,selanjutnya harus diuji coba (try out) di lapangan, kepada sekelompok
responden yang memiliki ciri-ciri relatif sama dengan ciri responden pada siapa
alat pengukur akan diterapkan nanti.
Fisher dalam Mantra (2004 : 80), jumlah
responden untuk uji coba berkisar antara 30-50 orang, karena jumlah responden
yang lebih dari 30 orang akan mendekati distribusi normal. Tujuan utama dari
pretest atau try-out ini adalah untuk meyakinkan kita bahwa responden memahami
pertanyaan yang diajukan. Di samping itu apakah perlu menambah atau mengurangi
pertanyaan dengan memperhatikan tujuan penelitian dan kerangka tulisan
(outline) yang akan dibuat. Setelah diperbaiki, maka diadakan pretest ulangan.
Pelaksanaan pretest juga dikandung maksud untuk mengetahui apakah alat ukur
yang dibuat memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Validitas ialah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang diukur. Menurut
Ancok dalam Mantra (2004:80), timbangan hanya valid untuk mengukur berat, tidak
valid untuk mengukur panjang, sebaliknya meteran hanya valid untuk mengukur
panjang. Apakah alat pengukur yang telah
disusun memiliki validitas, yakni mampu mengukur apa yang ingin diukur, perlu
diadakan pengujian.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil
pengukuran tetap konsisten bila pengukuran diulang dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama. Apabila hasilnya tetap konsisten setelah hal yang sama diukur
berkali-kali dengan alat ukur yang sama, maka reliabilitas alat ukur itu
tinggi. Suatu alat pengukur yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas
yang tinggi.
Sebagai contoh, seorang peneliti bertanya
kepada seorang responden, tentang umurnya sekarang. Responden menjawab bahwa ia
berumur 49 tahun. Peneliti lalu mengajukan petanyaan yang kedua, yaitu bulan
dan tahun berapa bapak lahir? Lalu dijawab oleh responden bahwa ia lahir bulan
September 1941. Apabila hari ini adalah bulan Februari 1991, peneliti tersebut
set lah menghitung membenarkan bahwa responden berumur 49 tahun.
Dalam contoh di atas, dua pertanyaan telah
diajukan dan berhubungan dengan umur responden, masing-masing pertanyaan
memberi jawaban yang saling membenarkan. Jawabannya konsisten dan stabil, maka
dapat disimpulkan bahwa kedua-duanya memiliki reliabilitas. Apabila (setelah
beberapa lama berselang) peneliti mendapatkan akte kelahiran responden yang
memuat bahwa responden yang memuat bahwa kelahirannya pada September 1938, maka
akhirnya peneliti mengambil kesimpulan, walaupun kedua pertanyaan pertama
memberikan hasil yang reliabel, mereka tidak memberikan jawaban yang benar
(valid) setelah akte kelahirannya diketemukan (Fisher dalam Mantra, 2004 :81).
Prinsip Penulisan Kuesioner
(angket)
Menurut
Uma Sekaran dalam Sugiono (2013:142)
a. Isi
dan tujuan pertanyaan
Dalam
membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan skala pengukurannya dan
jumlah itemnya harus mencukupi untuk
mengukur variabel yang diteliti
b. Bahasa
yang digunakan
Bahasa
yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden,
memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya, dan “frame
of revrence” dari responden.
c. Tipe
dan bentuk pertanyaan
Pertanyaan
dalam kuesioner ada dua macam, terbuka dan tertutup.
Pertanyaan
terbuka, mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berupa uraian
tentang suat hal.
Pertanyaan
tertutup, membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan
peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul.
Pertanyaan atau pernyataan dalam angket perlu
dibuat kalimat tidak negatif dan kalimat negatif agar responden dalam memberikan
jawaban setiap pertanyaan lebih serius dan tidak mekanistis.
d. Pertanyaan
tidak mendua
e. Tidak
menanyakan yang sudah lupa
f. Pertanyaan
tidak menggiring
g. Panjang
pertanyaan
h. Urutan
pertanyaan
i. Prinsip
pengukuran
j.
Penampilan fisik angket
Pengumpulan Data
Dua hal utama yang mempengaruhi kualitas
hasil penelitian, yaitu : kualitas instrumen penelitian dan kualitas
pengumpulan data (Sugiono, 2013 :222). Dalam penelitian kuantitatif, kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan
kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan dan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji
validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid
dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam
pengumpulan datanya.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu,
peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian kualtatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara
akademik maupun logistik. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri,
melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,
penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan
bekal memasuki lapangan.
Peneliti kualittif sebagai
human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam
penelitian kualitatif, segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian
belun jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya
belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki
obyek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif
berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh), dinamis, tidak
dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun
dipisah-pisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian dalam
penelitian kualitatif ini belum dapat
dikembangkan instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas
sama sekali (Sugiono, 2013 : 223).
Keputusan mengenai alat pengambil data mana
yang akan digunakan terutama ditentukan oleh variabel yang akan diamati atau
data yang diambil, merupakan tahapan setelah melakukan (i) identifikasi,
perumusan masalah, dan sumber masalah, (ii) penelaahan kepustakaan, (iii)
penyusunan hipotesis dan proposisi, dan (iv) penentuan variabel (ubahan). Jenis alat yang digunakan, disesuaikan pula
dengan (Mantra, 2004:79) : (i) metode penelitian yang digunakan, (ii) kualitas
alat, yaitu dari taraf validitas dan reliabilitas, pertimbangan-pertimbangan
Sdari sudut praktis, misalnya besar kecil biaya, macam kualifikasi orang yang
harus menggunakannya, mudah sukarnya menggunakan alat tersebut, dan sebagainya
(Suryabrata dalam Mantra,2004:79).
Sumber :
Mantra, Ida Bagoes.2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.
Bandung : Alfabeta
Sugiyono.2013.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung : Alfabeta