Halaman Utama

Kamis, Januari 21, 2010

Pariwisata, Teknologi Informasi dan Komputer, Manajemen

Pariwisata tidak dipungkiri lagi berfungsi sebagai motor penggerak perekonomian di Bali. Dalam hal ini pariwisata menimbulkan multiflier effect bagi seluruh aktivitas ekonomi di Bali. Sebagai contoh : Pariwisata membutuhkan sarana akomodasi, restoran, bar dan fasilitas penunjang lainnya. Satu buah hotel yang didirikan akan menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu hotel membutuhkan berbagai supplier untuk memasok kebutuhan hotel. Tenaga kerja yang diserap hotel juga membutuhkan berbagai macam kebutuhan hidupnya, sehingga muncul berbagai macam pusat perbelanjaan, demikian seterusnya rantai ekonomi yang ditimbulkan dari aktivitas pariwisata sebagai akibat dari multilier effect tersebut.

TIK, sangat menunjang perkembangan pariwisata, dengan TIK maka informasi dan komunikasi dapat dilakukan dengan sangat cepat, efisien dan akurat yang mampu mereduce human error. Sebagai contoh alikasi TIK, yakni penggunaan software LIBICA, FIDELIO sebagai Program Piranti Lunak Hotel Information System. Dengan menggunakan software tersebut informasi mengenai kepastian pemesanan kamar, kepastian rekening tamu, informasi tamu yang akan datang ke hotel, tamu yang sedang tinggal di hotel dan tamu yang akan meninggalkan hotel. Informasi yang cepat, tepat dan akurat tersebut akan membuat tamu puas dan senang tinggal dihotel. Kepuasan tamu akan menyebabkan tamu akan kembali lagi untuk berlibur di Bali dan tinggal di hotel tersebut. Jika dikaitkan dengan tujuan berdirinya sebuah hotel, yakni : Profit through guest satisfaction, and get a repeat business through word of mouth communication, peranan TIK dirasakan sangat vital. Kondisi ini berlaku juga untuk perusahaan lainnya yang berperan sebagai entitas ekonomi (mengelola sumber daya yang ada untuk dapat ditukarkan kepada pasar sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar/konsumen sehingga tercapai kepusan pasar/konsumen)

Dari sisi Ekonomi, yang berfungsi untuk mengelola seluruh sumber daya (man, material, money,machine, method, market) melalui fungsi manajemen (planning, organising, actuating, controlling dan evaluating) sehingga mampu menciptakan produk yang memiliki nilai/value yang mampu memuaskan kebutuhan konsumen, peranan ekonomi dan pariwisata merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Mengacu pada definisi pariwisata : Suatu fenomena yang menyebabkan perpindahan orang dari satu tempat (tempat tinggalnya) ke tempat yang bukan tempat tinggalnya untuk kebutuhan bersenag-senang (leisure), tidak untuk mencari nafkah, menetap dan tidak untuk tujuan vokasional, dimana perpindahan ini membutuhkan berbagai sarana dan prasarana pariwisata. Pada poin ini, kebutuhan sarana dan prasarana pariwisata semestinya dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi, khususnya (Manajemen : Keuangan, pemasaran,sdm dan operasional) serta akuntansi.

Dengan manajemen keuangan, maka perusahaan-perusahaan dalam indusri pariwisata akan mampu mengelola usahanya dengan menggunakan alternative sumber-sumber pendanaan yang murah serta mampu menginvestasikannya pada sector yang menguntungkan.
Dengan manajemen pemasaran, maka perusahaan-perusahaan dalam industri pariwisata akan mampu mengelola usahanya dengan menciptakan produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar.

Dengan manajemen sumber daya manusia, maka perusahaan-perusahaan dalam industri pariwisata akan mampu mengelola sumber daya manusia, sebagai kunci sukses persaingan bisnis.

Dengan manajemen operasional, maka perusahaan-perusahaan dalam industri pariwisata akan mampu mengelola usahanya dengan memperhatikan konsep keberlanjutan (sustainability) melalui konsep CSR (Consumen Social Responsibility), menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk yang tidak mencemari lingkungan.

Sedikit Tentang Pemasaran Jasa Pariwisata

Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan/penghasilan perusahaan dibidang jasa pariwisata?
  • Salah satu cara untuk meningkatkan penghasilan adalah melalui penjualan dengan harga mahal. Penjualan dengan harga mahal dapat dilakukan jika konsumen (wisatawan) kurang sensitif terhadap perubahan harga . Dalam hal ini wisatawan lebih mengutamakan kepuasan yang diperolehnya walaupun melakukan pengorbanan yang lebih untuk mendapatkan kepuasan itu. Sebagai contoh, pada segmen pasar hotel bintang lima, meskipun harga kamar rata-rata jauh melebihi segmen pasar hotel bintang empat, tiga dua dan satu, namun tingkat occupancy hotel berbintang lima tidak kalah dengan hotel bintang empat, tiga, dua dan satu. Contoh lain pizza hut vs papa rons perhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga
Bagaimana caranya mengevaluasi harga menu?
  • Sebagai manajer hotel, untuk mengevaluasi harga menu, dapat digunakan analisis menu engineering (suatu analisa seperti matrix bcg, yang memilah ,menu menjadi empat bagian berdasarkan tingkat popularitas dan margin kontribusi per menu), terkait dengan kebijakan harga, menu yang sebaiknya dinaikkan harganya adalah menu yang memiliki kualifikasi populer/laku, tetapi memiliki margin kontribusi yang rendah. Menu yang diturunkan harganya adalah menu yang memiliki kualifikasi tidak laku/kurang populer, tetapi memiliki marjin kontribusi yang tinggi. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah sensitivitas harga dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sensitivitas harga dalam bisnis pelayanan dan perjalanan?

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas harga dalam bisnis pelayanan dan perjalanan adalah :

a. Pengaruh nilai unik

b. Pengaruh kesadaran akan produk pengganti

c. Pengaruh pengeluaran oleh perusahaan

d. Pengaruh manfaat akhir

e. Pengaruh pengeluaran total

f. Pengaruh biaya bersama

g. Pengaruh investasi terpendam

h. Pengaruh mutu harga


Apa yang dimaksud dengan Yield Management ?


Yield management dapat dikatakan pendekatan jangka pendek untuk meningkatkan penghasilan jika hanya mengejar keuntungan jangka pendek, misalnya pada saat peak season pihak hotel menaikkan harga kamar setinggi-tingginya tanpa diiringi peningkatan value (nilai).Yield management dapat dikatakan menciptakan atau memperthankan pelanggan apabila mengejar sustainability/going concern of establihment. Misalnya pada saat peak season pihak hotel tidak menaikkan harga terlalu tinggi jika memang tidak disertai peningkatan value (nilai). Nilai yang dimaksud disini adalah segala macam augmented product maupun service product yang mampu mningkatkan kepuasan wisatawan.

Pariwisata Sebagai Ilmu (Kajian Ontologis 2)

Seluruhnya di ambil dalam buku Pengantar Pariwisata, Prof.Dr. I Gede Pitana.,M.Sc dan I Ketut Surya Diarta.,SP.,MA.2009.Penerbit Andi, Yogyakarta

"The Study of tourism is the study of this (tourism) phenomenon and its effects" (Mill dan Morrison,1982), secara lebih eksplisit, studi tentang pariwisata adalah : "Studi tentang orang yang berada diluar habitatnya yang biasa, industri yang merespon kebutuhannya, dan dampak-dampak yang dibawa terhadap masyarakat lokal (sosial budaya, ekonomi dan lingkungan fisik)"(Jafari, 1997 :8)

Dengan demikian fenomena pariwisata dapat difokuskan pada tiga unsur yakni : (i) pergerakan wisatawan, (ii) aktifitas masyarakat yang memfasilitasi pergerakan wisatawan, (iii) implikasi atau akibat-akibat pergerakan wisatawan dan aktifias masyarakat yang memfasilitasinya terhadap kehidupan masyarakat secara luas.

Ketiga unsur ini memiliki sifat yang melekat pada setiap objek ilmu pengetahuan. Pergerakan atau perjalanan merupakan salah satu komponen yang elementer dalam pariwisata. Ia merupakan tujuan dan objek penawaran dan permintaan jasa wisata, termasuk objek kajian berbagai cabang ilmu pengetahuan (Freyer,1995). Salah satu di antara sifat tersebut adalah berulang, beragam, saling terkait dan teratur.

Keraguan sementara pihak terkait dengan independensi ilmu pariwisata sudah saatnya dipinggirkan mengingat kini semua cabang ilmu memiliki kebebasan yang sama luas untuk berkembang melalui metode masing masing.

PARIWISATA SEBAGAI ILMU (TINJAUAN ONTOLOGI)


Pariwisata merupakan kegiatan bersenang-senang yang melibatkan banyak orang, ditandai dengan adanya perpindahan (mobilisasi) dari satu tempat yang merupakan tempat tinggalnya ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya, dimana perpindahan ini tidak bertujuan untuk menetap, mencari nafkah. Fenomena ini menimbulkan berbagai macam unit usaha (kegiatan bisnis) yang menimbulkan berbagai macam dampak positip maupun dampak negatif.

Selama ini, pariwisata belum dianggap sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri. Hal ini disebabkan karena pariwisata itu sendiri merupakan aplikasi dari berbagai macam ilmu yang diterapkan dalam sektor pariwisata. Namun pada tanggal 31 Maret 2008 menjadi tonggak sejarah pengakuan pariwisata sebagai ilmu. Pada saat itu keluar surat dari Dirjen Dikti Depdiknas No.947/D/T/2008 dan 948/D/T/2008, yang ditujukan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata yang secara eksplisit menyebutkan bahwa DIRJEN DIKTI dapat menyetujui pembukaan jenjang Program Sarjana (S1) dalam beberapa program studi pada STP Bali dan STP Bandung. Dengan diizinkannya pembukaan program studi jenjang sarjana (akademik) ini juga berarti ada pengakuan secara formal bahwa pariwisata adalah sebuah disiplin ilmu yang sejajar dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya.

Status keilmuan pariwisata didekati dengan persyaratan dasar suatu ilmu, yakni : Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi

Dari sisi Ontologi, Ilmu pariwisata harus mampu menyediakan informasi ilmiah yang lengkap tentang hakikat pelancongan, gejala pariwisata, wisatawannya sendiri, prasarana dan sarana wisata, objek-objek yang dikunjungi, sistem dan oranisasi, dan kegiatan bisnisnya, serta semua komponene pendukung di daerah asal wisatawan maupun di daerah destinasi wisata. Tetapi sebelum ilmu pariwisata menyajikan sekaligus menjelaskan teori-teori dan banyak informasi aktualnya, sebaiknya dilakukan suatu studi atau pengkajian mendasar secara menyeluruh dan cermat. Oleh sebab itu pertimbangan filsafati terhadap pembentukan ilmu pariwisata perlu dilakukan dengan menekankan tiga aspek pokok, yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi . Ilmu pariwisata juga harus dibangun berdasarkan suatu penjelasan yang mendalam, tidak terburu-buru dan perlu dibuatkan taksonominya. Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal. Objek material adalah seluruh lingkup (makro) yang dikaji suatu ilmu. Objek formal adalah bagian tertentu dari objek material yang menjadi perhatian khusus dalam kajian ilmu tersebut. Sesungguhnya objek formal inilah yang membedakan satu ilmu dnegan ilmu yang lain. Disini secara asumtif dapat dikatakan bahwa objek formal kajian (aspek ontologi) ilmu pariwisata adalah masyarakat. Oleh sebab itu pariwisata dapat diposisikan sebagai salah satu ilmu sosial karena focus of interestnya adalah kehidupan masyarakat manusia.

Perhatian Pemerintah Bagi Pendidikan Pariwisata

Pendidikan merupakan dasar bagi sebuah bangsa untuk maju menggapai masa depan yang cerah. Pemerintah berusaha untuk menganggarkan dana pendidikan semakin besar setiap tahunnya, salah satunya adalah upaya pemerintah dalam mengadakan program hibah kompetisi (PHK) berbasis institusi. Untuk memenangkan hibah ini dibutuhkan kerja keras dari semua jajaran civitas akademika, karena proposal yang dibuat haruslah holistik dan komprehensif.

Penyusunan proposal hibah tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan melibatkan banyak pihak, mulai dari pejabat sampai dengan mahsiswa untuk dapat menjaring data yang benar-benar akurat mengenai permasalahan apa yang dihadapi sebuah institusi kampus. Oleh karenanya dibentuk sebuah tim inti (task force) yang bertujuan untuk bekerja fokus terhadap proposal yang akan dibuat. Tim task force terdiri dari beberapa orang yang dianggap kompeten dalam bidang administrasi akademik dan kemahasiswaan.

Setelah membuat proposal awal, maka prosposal ini dikirimkan kepada DITJEN DIKTI untuk dinilai. Apabila layak, maka institusi berhak mengusulkan proposal lengkap untuk dinilai lagi sehingga keluar sebagai pemenang hibah kompetisi institusi. Proses yang cukup panjang dan cukup melelahkan, apalagi yang belum berpengalaman dalam menyusun proposal hibah. Meskipun sudah dapat pelatihan, tetap harus belajar keras memahami aturan-aturan dalam menyusun proposal, agar sesuai dengan arahan dalam buku pedoman penulisan hibah

Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam penyusunan proposal, berdasarkan pengamatan dari reviewer :
  1. Kesalahan dalam penulisan format proposal, misalnya penempatan indikator kinerja, kelengkapan dokumen anggaran, spesifikasi pengadaan. TOR yang menggambarkan kebutuhan khusus mestinya harus dibuat dengan cukup rinci dan jelas, sehingga anggaran yang diusulkan serta maksud dari suatu program dapat dilihat oleh reviewer.
  2. Ratio/benefit cost yang ada. Lembaga/institusi harus memperhatikan jumlah mahasiswa dengan anggaran yang diajukan, jangan sampai jika jumlah mahasiswanya sedikit mengajukan anggaran yang terlalu besar. Perlu diingat, prinsipnya dana yang dikeluarkan pemerintah harus bermanfaat bagi masyarakat banyak dan berpotensi untuk berkembang.
  3. Komitmen untuk mewujudkan Good University Governance perlu dijelaskan dalam kebijakan institusi setingkat renstra harus dibahas dengan jelas dalam proposal. Institusi juga perlu mencantumkan DRK commitment .
  4. Pengkategorisasian indikator kinerja (input dan output) serta penjelsan bagaimana cara mengukur indikator kinerja tersebut.

Komitmen Institusi pada Good University Governance
Paparan evaluasi diri yang dikemukakan menunjukan kinerja institusi yang cukup baik, terutama dalam kemampuannya menjaga mutu pendidikan yang telah menjadikan lembaga memiliki nama baik. Meski demikian, terlihat dari laporan evaluasi diri bahwa institusi belum memiliki kinerja pengelolaan keuangan yang terbuka, sehingga komitmen pada prinsip Good University Governance dalam aspek keuangan, kurang baik. Budaya meerit system untuk pengelolaan sumberdaya manusia juga belum terlihat. Meski demikian, aspek-aspek inilah yang memang dilihat oleh institusi sebagai kelemahan dan akan diperbaiki dengan skema hibah yang diajukan. Institusi sebenarnya telah menyusun suatu rasional usulan bagi komitmen institusi terkait dengan kebijakan yang digariskan institusi melalui rencana strategis institusi kurang dijabarkan dalam proposal. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat tidak banyak dibahas. Pada program yang diusulkan juga arah untuk membangun pelaksanaan program yang bermutu tidak mendapatkan porsi yang cukup, lebih terobsesi untuk mendongkrak peneerimaan mahasiswa baru, bukannya mencari penyebab dan akar masalah, mengapa penerimaan jumlah mahasiswa baru menurun.