Halaman Utama

Minggu, Mei 05, 2013

MENINGKATKAN PENDAPATAN HOTEL DENGAN PROGRAM UP SELLING




Oleh : I Made Bayu Wisnawa (Pak Galih)

Hotel adalah usaha akomodasi yang dikelola secara komersial, menyediakan fasilitas makan dan minum, serta fasilitas penunjang lainnya dibuka untuk umum dengan menggunakan sebagian atau seluruh bangunannya. Arti kata komersial disini tentunya adalah mendapatkan keuntungan, yang diperoleh dari pendapatan seluruh fasilitas-fasilitas hotel (kamar, restoran, lain-lain) dikurangi dengan biaya-biaya yang muncul dari operasional hotel. Hal ini berarti, upaya meningkatkan  penerimaan pendapatan hotel yang maksimal merupakan kunci utama untuk meraih keuntungan, disamping pengendalian optimal terhadap biaya-biaya yang muncul.
Saat ini di Bali, tingkat persaingan antar hotel dirasakan semakin meningkat yang disebabkan bertambahnya jumlah hotel yang dibangun yang pertumbuhannya jauh melebihi pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang. Kondisi ini menyebabkan munculnya kendala dalam mencapai target pendapatan yang diharapkan. Terlebih lagi pada saat low season, seringkali kebanyakan manajemen hotel menurunkan harga yang berlebihan (perang tarif), yang berakibat buruk bagi kondisi pariwisata secara umum.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan hotel melalui fungsi manajemen pemasaran khususnya, seperti mengoptimalkan komponen dalam marketing mix. Salah satunya dengan melakukan program up-selling. Jika dilihat dari konsep promotion mix dapat dikatakan up-selling merupakan bagian dari sales promotion,  karena pada umumnya setiap produk yang di up-sell harganya lebih murah dari harga normal (publish rate). Konsep up-selling  juga sesuai dengan konsep yield management, yang berupaya untuk memaksimalkan hasil dalam setiap kondisi makro-mikro hotel.
Konsep Up-selling yang dilakukan sebaiknya memberikan benefit pada tamu, karyawan dan manajemen, sehingga dapat memotivasi karyawan yang menjadi ujung tombak dalam program up-selling ini.  Selain itu program pelatihan juga perlu dilakukan, sehingga karyawan betul-betul paham dan mampu melakukan standard operating procedure untuk melakukan up-sell. Kondisi ini akan sangat membantu menghindari komplain dari tamu yang di prospek, dan juga waktu yang digunakan menjadi lebih efisien.
Tabel 1
Program Up-Selling untuk Guest Room

No
Room Type
(Up sell from Standard )
Publish Rate
(US $)
Up-Selling Programme
Employee Benefit
(5%/nite)(US $)
1
Junior Suite
200
175
8,75
2
Deluxe Suite
400
350
17,5
3
President Suite
5000
4000
200
 


Tabel 2
Program Up-Selling untuk MICE-Function-Banquet

No
Package
(Up sell from Standard )
Publish Rate
(US $)/pax
Up-Selling Programme/pax
Employee Benefit
(5%/pax)(US $)
1
Silver Class
20
18
0,9
2
Gold Class
40
30
1,5
3
Platinum Class
100
75
3,75


Standard Operating Procedure untuk Up-selling room
  1. Ketika tamu check in, periksa jenis kamar yang di pesan tamu
  2. Apabila kamar yang dipesan adalah standard room,  berarti ada peluang besar untuk melakukan up sell
  3. Tanyakan apakah tamu membutuhkan kamar dengan kualitas lebih baik ? (Perhatikan penampilan tamu, bahasa tubuh)
  4. Berikan informasi yang dibutuhkan mengenai jenis kamar yang akan di up-sell
  5. Gunakan magic word : “well sir, it is only US$ 75 additional charge per-night, so you will save US$ 25 per-night”. (untuk tamu yang ingin up grade dari standard ke junior suite)
  6. Jika tamu menyetujui, maka segera lakukan proses administrasi pada system.
  7. Ucapkan terima kasih, dan panggil bell boy untuk pick-up guest lugage ke kamar tamu

Program up selling sangat memungkinkan dilakukan, karena sebagian besar tamu belum mengetahui dan mengenal produk hotel, sehingga sering kali mereka memesan kamar atau  produk hotel lainnya yang standar, yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Peluang inilah yang harus dimanfaatkan manajemen untuk meningkatkan pendapatan hotel.
Pengawasan pelaksanaan program up sell juga perlu dilakukan dengan baik, jangan sampai petugas/karyawan hotel lebih mementingkan kegiatan up-sell daripada pekerjaan pokok lainnya, misalnya pada situasi rush  seorang front desk officer  lebih mengutamakan melayani up sell daripada melayani tamu check-out, atau mengangkat telepon yang berdering. Kondisi ini akan memperburuk suasana kerja, oleh karenanya peranan duty manager atau supervisor harus benar-benar kuat dalam mengawasi dan mengingatkan bawahannya.
Pembagian pendapatan up-selling programme juga harus merata kepada semua karyawan hotel, untuk menghindari kecemburuan pada departemen atau seksi yang tidak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan up sell. Sehingga penyampaian informasi pada seluruh karyawan hotel mutlak dilakukan untuk mendapatkan dukungan dan suasana kerja yang baik.
Tidak hanya di hotel, Konsep up selling dapat juga di terapkan di semua perusahaan baik manufactur maupun perusahaan jasa.

MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition)



Tidak perlu disangkal lagi bahwa MICE adalah sebuah industri yang mampu memberikan multiplier efect yang luar biasa bagi perekonomian. Kita boleh membayangkan, apabila ribuan orang dari berbagai macam bangsa dan suku berkumpul dalam sebuah event, maka tentunya akan membutuhkan sarana akomodasi, makan, minum, serta berbagai macam fasilitas lainnya.Kondisi ini tentunya akan membuka lapangan kerja dan perputaran uang yang luar biasa.

Oleh karenanya pemerintah betul-betul mendukung pertumbuhan MICE di Indonesia. Sampai saat ini sudah ditetapkan 10 kota utama dan 3 kota potensial bagi pengembangan MICE. 10 kota utama, antara lain : Denpasar, Jakarta, Surabaya, Yogya, Bandung, Makasar, Manado, Batam, Padang, dan Medan,sedangkan 3 kota potensial adalah Palembang, Balik Papan dan Mataram (Lombok).

Sebenarnya MICE adalah Konvensi, karena beberapa pakar menyatakan seperti itu. 

Meeting adalah pertemuan antara pihak-pihak, kelompok-kelompok, perusahaan yang bertujuan untuk membahas sesuatu hal untuk kepentingan bersama. Ada persepsi bahwa meeting melibatkan peserta lebih sedikit dari pada konfrensi atau konvensi.

Incentive adalah sebuah kompensasi dari perusahaan kepada karyawannya akan keberhasilan atau kinerja karyawan yang sangat memuaskan, sehingga perusahaan memberikan hadiah berupa uang, perjalanan wisata maupun tanda penghargaan.

Confrence adalah pertemuan yang dilakukan oleh beberapa pihak atau organisasi yang bertujuan untuk saling bertukar informasi, berdiskusi tentang suatu hal.

Exhibition adalah pameran, sebuah ajang untuk menunjukkan produk hasil karya dengan tujuan komersial maupun non komersial.

Dalam konteks MICE terdapat istilah, PEO (Professional Event Officer), PCO (Professional Convention Officer), Steering Comitee, Organizing Comitee, Meeting Planner, Pre-convention Service, Post Convention Service, dsb.

Prinsip pengelolaan MICE, menggunakan fungsi-fungsi manajemen (Planing, Organizing, Actuating, Controlling dan Evaluating), dengan tetap berpandangan manajemen sebagai seni dalam mengelola berbagai macam sumber daya (man, money,material, machine, method) untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Untuk lebih jelas, silakan buka link berikut : 
http://www.scribd.com/doc/139440454/Mice-Meeting-Incentice-Conference-Exhibition