Halaman Utama

Kamis, April 25, 2013

STIPAR TRIATMA JAYA WUJUDKAN VISI DAN MISINYA DALAM MEMBENTUK SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA YANG KOMPETEN : KURSUS SERTIFIKASI PRAMUWISATA UMUM KERJASAMA STIPAR TRIATMA JAYA, DPD HPI BALI DENGAN DISPARDA PROVINSI BALI



Sebagai institusi yang bergerak dalam menyiapkan sumber daya manusia pariwisata yang kompeten dan berakhlak mulya, STIPAR Triatma Jaya yang dipimpin oleh Bapak I Ketut Sutapa, SE,MM mengadakan kursus sertifikasi pramuwisata umum, bekerja sama dengan DPD HPI Bali dan DISPARDA Provinsi Bali.




Kursus ini diadakan mulai tanggal 1 April 2013 sampai dengan 15 April 2013, dengan 23 materi kursus yang meliputi pengetahuan yang dibutuhkan bagi pramuwisata untuk bekerja dengan lebih profesional. Terlebih lagi, kursus ini ditujukan bagi pramuwisata yang KTPP/license nya sudah habis masa berlakunya dan bagi pramuwisata yang memiliki KTPP/licence sementara, yang perlu diperpanjang setiap tahun. Dengan mengikuti kursus umum yang dilaksanakan di STIPAR Triatma Jaya, maka nanti peserta kursus akan mendapatkan sertifikat untuk dapat melanjutkan prosedur selanjutnya dalam mendapatkan KTPP/licence permanen yang dikeluarkan oleh DISPARDA Provinsi Bali, sesuai dengan kebijakan Gubernur Bali.
Adapun 23 materi kursus antara lain : (i)Kebijakan pengembangan pariwisata Bali, (ii) Sejarah Evolusi Hindu, (iii) Kesenian dan kebudayaan, (iv) Marketing dan teknik menjual produk wisata, (v) Teknik Memandu Wisatawan,(vi)Sistem sosial Masyarakat Bali, (vii)Peraturan dan Perundang-undangan Pariwisata, (viii)Dampak Pariwisata dan Solusinya, (ix)Upacara dalam Agama Hindu, (x) Pariwisata Budaya, (xi)Etika dan Simbol-simbol Agama Hindu, (xii) Table Manner, (xiii)Pertolongan Pertama pada Kecelakaan, dan (xiv) Kode Etik dan Keorganisasian.
Demikian pula team pengajar yang berasal dari kalangan akademisi (PTN dan PTS di Bali), praktisi, dan pemerintah, menjamin kualitas team pengajar yang memang kompeten di bidangnya. Beberapa nama besar yang ikut serta mendarmabaktikan pengetahuannya pada kursus ini, seperti :  (i) Drs. IB Kade Subhiksu,MM (KADISPARDA Provinsi Bali, yang saat ini sedang menyelesaikan studi S3 Pariwisata di Universitas Udayana), (ii) Prof. Dr.Litt. I Gusti Putu Phalgunadi, MA (Pakar Agama Hindu dari UNHI), (iii) Dr. I Nyoman Madiun,M.Sc (Pakar Pariwisata dari STP Nusa Dua Bali), (iii) Sang Putu Subaya,SH,MH (Praktisi dan Ketua DPD HPI Bali), Prof.Dr. I Gede Parimartha, MA (Pakar Sejarah dari UNUD), dan Drs. I GN Wiantara,MM (Pakar Tata Hidangan dan Perhotelan dari STIPAR Triatma Jaya).
Pelaksanaan kursus dilakukan dengan tertib dan disiplin, dimana setiap peserta wajib menggunakan seragam putih hitam dan dasi, mengenakan name tag, dan duduk sesuai dengan nomor absen peserta. Demikian pula tingkat kehadiran dengan syarat minimal 75,00% merupakan syarat minimal untuk dapat menempuh ujian akhir kursus.  Dari 137 orang peserta kursus, hanya 130 orang yang berhasil lulus ujian. Hal ini  menunjukkan bahwa penyelanggaraan kursus di STIPAR Triatma Jaya memang betul-betul memperhatikan kualitas dan bukan sekedar formalitas belaka, karena peserta yang lulus harus memiliki angka ujian 60 sebagai standar kelulusannya. Pada ujian kursus yang dilaksanakan pada 17 April 2013,  terdapat 4 peserta yang mengalami kegagalan, karena memiliki nilai di bawah 60. Oleh panitia, ke-empat peserta ini diberikan kesempatan menempuh Her, yang pada akhirnya lulus dengan nilai standar.
Pada sesi pengumuman kelulusan , Sang Putu Subaya, SH,MH  selaku Ketua DPD HPI Bali memberikan arahan kepada peserta her, agar selalu belajar, meningkatkan pengetahuannya dalam memahami budaya dan adat Bali, sehingga dalam memberikan penjelasan kepada wisatawan tidak jauh menyimpang dari yang sebenarnya. Misalnya masih sering terdengar di lapangan pertanyaan (i) mengapa orang Bali setelah sembayang menggunakan ‘bija’? masih ada saja pramuwisata yang menjawab bahwa ‘bija’ itu sebagai obat pusing, sehingga setelah sembayang pusingnya hilang, (ii) Apa fungsi ‘penjor’?-masih ada saja pramuwisata menjawab bahwa penjor hanyalah ‘just decoration’. Kenyataan di lapangan seperti ini yang harus dikikis habis, melalui proses kursus sertifikasi pramuwisata umum.


Panitia kursus sertifikasi pramuwisata umum menyebarkan kuisioner yang mencakup tanggapan dari peserta kursus mengenai kualitas layanan selama kursus berlangsung dan tanggapan mengenai dosen terbaik.  40,19 % Sangat Setuju bahwa kualitas layanan STIPAR Triatma Jaya memenuhi harapan, 48,54% setuju, 10,20 % ragu-ragu, 0,99% tidak setuju dan  0,07% sangat tidak setuju  bahwa kualitas layanan STIPAR Triatma Jaya memenuhi harapan.  
Selanjutnya Bapak Drs. I Ketut Putra Suarthana, MM mengajak DPD HPI Bali untuk mengikuti program sertifikasi pramuwisata  sebanyak 6.000 orang yang dibiayai  pemerintah bekerja sama dengan  LSP Parindo Bali.  Dengan semakin banyaknya pramuwisata legal dan tersertifikasi maka akan menambah baik citra Bali pada dunia internasional, mengingat Pramuwisata merupakan salah satu duta Bali yang berhubungan langsung dengan wisatawan. (bay*)