Halaman Utama

Minggu, April 17, 2011

Sosiologi Pariwisata, Definisi dan Arti Pentingnya


Pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan dan lain sebagainya. Menurut Cohen dalam Pitana (2008) menyatakan bahwa sosiologi pariwisata adalah cabang keahlian yang memusatkan perhatian kepada motivasi turistik, peraturan-peraturan, hubungan, dan institusi dan akibatnya pada wisatawan dan kelompok-kelompok yang berkaitan dengan wisatawan tersebut.

Karena pariwisata menyangkut manusia dan masyarakat, maka pariwisata sangat sesuai untuk dijadikan objek dari sosiologi. Berkembanglah kemudian kajian-kajian sosiologi tentang pariwisata yang lebih lanjut menjadi cabang sosiologi tersendiri yang disebut sosiologi pariwisata. Secara singkat (Pitana, 2008) menyatakan bahwa sosiologi pariwisata adalah cabang dari sosiologi yang mengkaji masalah-masalah kepariwisataan dalam berbagai aspeknya. Dapat juga dikatakan bahwa sosiologi pariwisata adalah kajian tentang kepariwisataan dengan menggunakan perspektif sosiologi, yaitu penerapan prinsip, konsep, hukum, paradigma dan metode sosiologi di dalam mengkaji masyarakat dan fenomena pariwisata, untuk selanjutnya berusaha mengembangkan abstraksi-abstraksi yang mengarah kepada pengembangan teori. Pendefinisian ini dapat dianalogikan dengan cabang-cabang sosiologi lainnya, seperti sosiologi agama, sosiologi pembangunan, sosiologi hukum dst.

Analisis sosiologis terhadap pariwisata sangat penting dilakukan, karena :
  1. Pariwisata telah menjadi aktivitas sosial ekonomi dominan dewasa ini, bahkan disebut-sebut sebagai industri terbesar sejak akhir abad 20, yang juga menyangkut pergerakan barang, jasa dan manusia dalam skala terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah manusia.
  2. Pariwisata bukanlah suatu kegiatan yang beroprasi dalam ruang hampa. Pariwisata sangat terkait dengan masalah sosial, politik, ekonomi, keamanan, ketertiban, keramah-tamahan, kebudayaan, kesehatan, termasuk berbagai institusi sosial yang mengaturnya.
  3. Pariwisata bersifat sangat dinamis, sehingga setiap saat memerlukan analisis atau kajian yang lebih tajam. Sebagai suatu aktivitas dinamis, pariwisata memerlukan kajian terus menerus (termasuk dari aspek sosial budaya), yang juga harus dinamis, sehingga pembangunan pariwisata bisa memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, khususnya masyarakat lokal
  4. Pariwisata tidaklah eksklusif, dalam arti bahwa pariwisata bukan saja menyangkut bangsa tertentu, melainkan juga dilakukan oleh hampir semua ras, etnik dan bangsa, sehingga pemahaman aspek-aspek sosial budaya sangat penting.
  5. Pariwisata selalu mempertemukan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda, yang mempunyai perbedaan dalam norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan dan sebagainya. Pertemuan manusia atau masyarakat dengan latar belakang sosial-budaya yang berbeda akan menghasilkan berbagai proses akulturasi, dominasi, asimilasi, adopsi, adaptasi, dalam kaitan hubungan antar budaya yang tentunya merupakan salah satu isu sentral dalam sosiologi.
  6. Dewasa ini pariwisata sudah hampir menyentuh semua masyarakat dunia, sampai kepada masyarakat-masyarakat terpencil. Pariwisata sudah terbukti menjadi salah satu primeover dalam perubahan sosial budaya, sedangkan perubahan sosial budaya merupakan aspek kemasyarakatan yang menjadi salah satu fokus kajian sosiologi.
  7. Berkembangnya berbagai lembaga, baik ditingkat lokal, regional, ataupun internasional, yang terkait dalam pariwisata, juga merupakan salah satu perhatian dalam sosiologi, sebagaimana sebelumnya sosiologi telah membahas berbagai aspek modernisasi dan dependensi dari hubungan antar negara.

Pengertian Hotel


Hotel adalah usaha akomodasi yang dikelola secara komersial yang menyediakan pelayanan makan, minum dan fasilitas penunjang lainnya. Dari pengertian di atatas, dapat dijelaskan bahwa sebuah hotel harus memiliki fasilitas berupa kamar tidur, restoran, bar dan fasiltas penunjang seperti : spa, bisniss center, kids corner, fasilitas kebugaran, fasilitas hiburan, drugstore dan fasilitas lainnya yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan tamu-tamu yang menginap.

Pengertian komersial disini mengacu pada hotel sebagai unit bisnis yang berorientasi laba. Namun laba yang dicapai hotel hendaknya berlandaskan kepuasan tamu/pelanggan yang menginap, dengan harapan mencapai long term profit dan keberlanjutan usaha hotel tersebut (going concern). Jadi tidak ada hotel yang bertujuan untuk merugi.

Hotel memiliki dua fungsi, yakni sebagai sarana pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalanan dan fungsi sebagai unit bisnis seperti yang dijelaskan di atas. Yang perlu disoroti adalah fungsi pertama sebagai sarana pariwisata. Oleh karena berfungsi sebagai sarana pariwisata yang pengembangannya berdasarkan konsep "sustainable tourism development", pengelolaan sebuah hotel hendaknya tidak melulu berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang menekankan pencapaian laba akuntansi.

Lebih dari pada itu, hendaknya pengelolaan hotel harus memperhatikan indikator dalam "sustainable tourism development" antara lain :
  1. Mampu mensejahterakan karyawan dan masyarakat sekitar lingkungan hotel
  2. Mampu melindungi aset-aset budaya
  3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata
  4. Mampu memuaskan pelanggan, dalam hal ini wisatawan atau tamu yang menginap
  5. Mampu memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat sekitar
  6. Memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan
  7. Melindungi aset alami seperti pantai, hutan, jurang, sungai, bukit dsb
  8. Membantu pengelolaan sumber daya alam yang langka
  9. Mengendalikan dan membatasi dampak negatif dari operasional hotel
  10. Berperan serta dalam perencanaan dan pengendalian pariwisata
Tidak dapat dipungkiri, belum semua hotel mampu melaksanakan butir-butir tersebut di atas. Namun lambat laun semua hotel diharapkan mau dan mampu, karena "sustainable tourism development" merupakan tuntutan bagi wisatawan yang saat ini sudah sangat sensitiv terhadap keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. Jadi, lambat laun hotel-hotel yang melanggar prinsip "sustainable" akan tersisih dari persaingan, bahkan di blacklist.

Untuk mampu melayani tamu dengan baik, maka pengelolaan hotel melibatkan banyak profesional yang terikat dalam sebuah organisasi. Organisasi hotel dipimpin oleh General Manager, di bantu oleh Executive Assistant Manager, Resident Manager, Departement Head, Supervisor Section dan Staff Hotel. Berikut ini adalah pemegang kendali fungsi dari sebuah hotel :
  1. Fungsi pimpinan utama dipegang oleh General Manager.
  2. Fungsi pelayanan makanan dan minuman dipegang oleh Food and Beverage Manager.
  3. Fungsi produksi makanan dipegang oleh Executive Chef
  4. Fungsi pelayanan administrasi kamar dipegang oleh Front Office Manager
  5. Fungsi penyiapan kamar dipegang oleh Executive Housekeeper
  6. Fungsi pemasaran dipegang oleh Sales Exevutive Manager
  7. Fungsi akuntansi dipegang oleh Chief Accountant
  8. Fungsi sumber daya manusia dipegang oleh Human Resource Manager
  9. Fungsi kemanan dipegang oleh Chief Security
Organisasi sebuah hotel tidaklah sama antara satu hotel dan hotel lainnya, mengingat bentuk susunan organisasi sangatlah fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan pengelolaan dan karakter pemimpin utamanya, berlandaskan prinsip keefektifan dan efisiensi operasional.

Karir sangat ditentukan dari prestasi dari karyawan hotel. Belum tentu seorang karyawan yang memiliki pendidikan sarjana akan lebih berkembang karirnya dibandingkan seorang karyawan yang berpendidikan diploma. Hal ini disebabkan karena hotel lebih memperhatikan action daripada konseptual berpikir, karena pekerjaan di hotel sangat instant, diproduksi sekarang, harus selesai dan dinikmati sekarang (mengacu pada karakteristik jasa yaitu inseparabelity dan perishable). Namun demikian makin tinggi pendidikan seorang karyawan akan memperbesar peluangnya untuk meningkatkan karir, mengingat dalam penentuan bintang/kelas sebuah hotel akan menilai seberapa tinggi pendidikan karyawannya.

Hotelier Jangan Pelihara 3M



Pada Gambar di atas tampak Pak Wacik bersama Para Senat STP Nusa Dua sedang bersiap untuk mewisuda. Satu pesan penting yang harus dicamkan wisudawan adalah tidak boleh memelihara 3 binatang yang berawal huruf M (3M), yakni :
  1. Malas
  2. Minder
  3. Sombong
Pesan yang lain adalah para wisudawan setelah di wisuda disarankan membeli foto pada saat berwisuda yang bersalaman dengan pak Menteri. Dibalik foto tersebut, tulislah 3M diatas. Bawalah foto tersebut kemanapun pergi atau bekerja. Mungkin maksud Pak Menteri adalah untuk menyemangati diri dan lebih menghargai diri sendiri karena untuk sampai di wisuda membutuhkan perjuangan pengorbanan yang panjang. Terlebih lagi betapa sangat berbahagia mement wisuda kali ini karena wisudawan yang mewisuda adalah Pak Menteri. Sungguh menggembirakan.

Insan Pariwisata Harus Bangga Indonesia




Pada wisuda STP Nusa Dua Bali tanggal 15 April 2011 yang dihadiri oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Bapak Ir Jero Wacik SE, sekaligus mewisuda 387 orang wisudawan dari berbagai program studi. Salah satu pesan yang patut disimak dan dilaksanakan adalah seluruh insan pariwisata harus memiliki rasa bangga dan bela bangsa.

Jangan biarkan bangsa lain menginjak-injak kehormatan bangsa kita. Salah satu sikap patriotis dicontohkan Pak Wacik ketika membaca majalah Times yang memuat informasi asimetris yang terlalu berlebihan menyoroti sampah di Kuta. Pak Wacik langsung menghubungi salah satu duta besar di Wina tempat berlangsungnya konfrensi WTO, dan memerintahkan bahwa apa yang diberitakan majalah Times adalah berlebihan. Terlebih lagi sampah di Kuta merupakan sampah kiriman akibat musim angin barat, dimana semua sampah dibawa menuju Teluk Bali bagian barat. Paling tidak usaha Pak Wacik patut di acungi jempol, karena tulisan di majalah Times sama sekali tidak mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Bali yang saat ini mencapai angka 10.000 per hari.

Bangga sekali memiliki mentri separti Pak Wacik yang berjiwa patriot. Jangan lupa Pak Wacik pula bersama kawan-kawan yang memperjuangkan Pariwisata diakui sebagai sebuah disiplin ilmu yang tentunya berimplikasi luas bagi kehidupan sekolah-sekolah pariwisata.

Mari kenali, cintai dan bela Indonesia.