Halaman Utama

Minggu, Juni 28, 2009

MICHAEL JACKSON AND TOURISM (TRIBUTE TO JACKO)


Michael Jackson is one of the most popular star in musical industry all over the world. He creates so many wonderfull and unforgettable songs that hypnotize his fans all over the world. The action and creativity on the stage when he sing a song, the style and he really unique in all aspects of life. He always try to make the difference by doing some modifications in his style and new songs. His songs tell us about love, peace and humanity.Really respect of his music.

What can we take from Michael Jackson into the Tourism? The answer is a differentiation strategic to win the competition. Michael jackson always change in every decade, he changed his face, his style, coreography, and really hard work.

What shouldn't we take from Michael Jackson into Tourism? The answer is the negative brand immage make a bad positioning about michael (remember pedhopilia case).

Good Bye Jacko...World has lost one of the best tallented famous singer called Jacko The King of Pop..Rest in Peace Jacko, Your Songs will not ever die, life forever in heart of your fans.

Sabtu, Juni 20, 2009

ALTERNATIVE TOURISM

1. Definisi pariwisata alternatif secara luas adalah sebagai bentuk pariwisata yang konsisten dengan nilai-nilai alam sosial dan nilai-nilai masyarakat serta memungkinkan bagi masyarakat lokal maupun wisatawan untuk menikmati interaksi yang positif dan wajar serta menikmati indahnya berbagai pengalaman (William RE & Valene LS, 1992:3).
Sejarah pariwisata alternatif (William RE & Valene LS), dimulai pada perjalanan bangsa yunani dan bangsa romawi dengan bermaksud untuk melakukan ziarah. Pada awalnya para musafir ini menumpang menginap pada rumah-rumah penduduk dengan fasilitas seadanya. Makin lama, makin ramai para musafir dengan berbagai macam tujuan perjalanan, yakni untuk ziarah, berdagang dan mengunjungi sanak saudara ditempat yang jauh. Sehingga perpindahan musafir-musafir ini membutuhkan banyak sarana dan prasarana perjalanan.
Pariwisata menjadi industri yang besar pada abad ke 19. Dictionnaire universale du XIXe siecle tahun 1876 (yang di kutip oleh Sigaux 1966: 7) mendefinisikan wisatawan sebagai “orang bepergian yang senang berpergian, berdasarkan rasa ingin tahu dan karena mereka tidak mempunyai kegiatan yang lebih baik untuk dilakukan” dan “bahkan untuk kesenangan dalam menyombongkan diri setelah itu”. Tetapi bentuk “alternatif” dari pariwisata yang berkembang di Eropa pada periode yang sama, seperti yang dilaporkan pada tahun 1985 dalam Special Issue: The Evolution of Tourism, dari Annals of Tourism Research. Yang dicatat pada article ini untuk “tramping” oleh anggota kelas pekerja Inggris yang “melakukan perjalanan Tramp sebagai ritual untuk menunjukan tingkat kedewasaan (Adler 1985: 339). Pada tahun 1990an ada perasaaan bahwa publik telah menjadi “lelah” dengan keramaian, kecapekan dari Jet Lag, sadar oleh bukti-bukti polusi, dan mencari sesuatu yang ”baru”. Inovatif tetapi dengan cepat meraih popularitas sebagai bentuk liburan “alternatif” pada dekade ini adalah walking tour (beberapa sangat mahal karena tingkat akomodasi dan jenis masakan yang disediakan), tur bersepeda, home dan farm stays, setidaknya di Amerika Serikat menunjukan peningkatan pada pariwisata domestik.
Sigaux (1996) mencatat sejarah pariwisata dari zaman Yunani awal sampai pada periode Perang Dunia II, dan ini bisa menunjukan pariwisata masal dan pariwisata “alternatif” lebih dari dua milenium. Pada zaman imperial Tivoli, beberapa mil keluar dari arah Roma menjadi tempat liburan yang terkenal yang menonjolkan taman dan air terjun. Pariwisata “rumah kedua” ini sudah ada sejak zaman Roma dimana ditunjukan boleh banyaknya vila dan spa yang dibangun di luar semua kota besar kerajaan.

2. Definisi pariwisata alternatif,dan mass tourism.
a. Definisi pariwisata alternatif menurut Dernoi:
Initially defined alternative tourism by accomodation in alternative tourism the client receives accomodation directly in, or the home of, the host with, eventually, other services and facilities affered there, (1988:253)
Pengertian pariwisata alternatif dilihat dari sisi akomodasi adalah wisatawan menerima dan menikmati pelayanan akomodasi bersama-sama dengan pelayanan lainnya dan fasilitas-fasilitas lainnya dalam sarana akomodasi tersebut.
Simply state, AT (Alternative tourism)/CBT (Community Based Tourism) is privately offered set of hospitality services, and features, extended to visitors, by individuals, families, or a local community. A prime aim of AT/CBT is to establish direct personal/cultural intercomunication and understanding between host and guest (Dernoi, 1988:89)
Secara sederhana, pariwisata alternatif / pariwisata berbasis komunitas adalah secara menghusus menawarkan sekumpulan pelayanan hospitaliti (keramahtamahan) dan fitur-fitur yang diberikan kepada wisatawan oleh masyarakat perseorangan, keluarga, atau komunitas lokal. Tujuan utama pariwisata alternatif / pariwisata berbasis komunitas adalah mendirikan sebuah komunikasi budaya secara langsung dan menjalin saling pengertian antara wisatawan(tamu) dan pihak penyelanggara (host/masyarakat)


b. Bagan Mass Tourism dengan Alernative Tourism


Nature Tourism or Ecotourism

TOURISM
Mass Tourism
(Conventional, Standard, Large Scale Tourism)
Alternative Tourism
Cultural
Educational
Scientific
Adventure
Agritourism
- Rural
- Ranch
- Farm
The Alternative Tourism (After Mieczkowski,1945 :459)

Nature Tourism or Ecotourism


Berdasarkan Mieczkowski (1945 : 459), Pariwisata dibedakan menjadi dua macam, yakni : Mass Tourism dan Alternative Tourism. Mass tourism bersifat konvensional, standar dan berskala besar. Alternative tourism terdiri dari 5 (lima) macam yakni : cultural tourism (pariwisata budaya), Educational tourism (pariwisata pendidikan), scientific tourism (pariwisata science), adventure tourism (pariwisata petualangan) dan agritourism ( pariwisata pertanian) yang kesemuanya merupakan Nature Tourism atau Ecotourism (pariwisata berwawasan lingkungan).
Bentuk yang lebih mengkhusus dari Pariwisata Alternatif menurut Mieczkowski (1995) adalah kebudayaan, pendidikan, pemelitian ilmiah, petualangan dan agrowisata di daerah pedesaan, peternakan dan pertanian.
Secara signifikan hal tersebut di atas saling melengkapi dengan Pariwisata Masal, tetapi perbedaan pokoknya adalah skala dan dampak yang ditimbulkannya. Keterkaitan lainnya antara beberapa tipe dari pariwisata alternatif itu sendiri, contohnya pariwisata budaya untuk memperluas pengetahuan dan ekowisata adalah sejalan dengan pariwisata berbasis alam. Kemudian Mieczkowski menemukan kesulitan dalam menentukan konteks daripada Pariwisata alternatif karena, walaupun mereka tidak bersentuhan langsung dengan Pariwisata Budaya, tapi saling bersinggungan dengan Pendidikan, Penelitian Ilmiah, dan Agrowisata.
Dengan demikian, Pariwisata Alam atau Ekowisata merupakan bagian atau turunan dari Pariwisata Alternatif.

c. Membandingkan paradigma mass tourism dan alternative tourism
The Concern of Mass Tourism and Alternative Paradigm (Ecotourism) Views
Mass Tourism
Alternative tourism
1. Management of evolutionary change survival of the fittest within a western rationalist approach based on exisiting economic principles
1. Radical change moving towards cooperative and community based approachs outside of the exisiting tourism industry
2. Maintaining social order, exisiting tourism system unquestioned
2. Transforming social system analysing structural conflics and contradictions and including nature in the equation
3. Greater efficiency of current tourism system, hence increased profitability
3. Creating more just and equitable systems that can step beyond the tourism system
4. Appearance of harmony, integraphis, and cohesion of social groups involved in the tourism process
4. Contradictions between social ideals and reality, attemps to demonstrate this and alternate it
5. Focus on ways to maintain cohesion and consensus
5. Ways to dismantre or change systems of domination
6. Solidarity
6. Emancipation
7. Identifying and meeting individual needs within exisiting social system
7. Current tourism systems incapable of equitablly meeting basic human needs
8. Focused on actuality, discovering and understanding what it is
8. Foccused on potentialyty: providing a vision what could be
Pariwisata Masal
Pariwisata Alternatif
Manajemen perubahan evolusi sebuah pendekatan aliran rasionalis Barat yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi
Perubahan yang radikal menuju kerjasama dan pendekatan berbasis masyarakat di luar industri pariwisata yang ada.
Memelihara tatanan sosial, system pariwisata yang ada tidak dihiraukan
Mengubah sistim sosial menganalisa konflik-konflik dan kontradiksi serta alam dalam persamaan, termasuk persamaan sifat
Efesieni lebih besar terhadap system pariwisata yang ada karena itu keuntungannya meningkat.
Berbuat lebih banyak dan sistem yang lebih pantas untuk meningkatkan system pariwisata yang ada
Tampak harmoni, integrasi dan perpaduan dari kelompok-kelompok sosial termasuk dalam proses kepariwisataan
Kontradiksi antara idealis sosial dengan kenyataan, namun ada usaha-usaha untuk mengurangi kontradiksi tersebut.
Fokus untuk cara-cara untuk memelihara hubungan dan persetujuan umum.
Cara-cara untuk mengubah system yang mendominasi
Solidaritas
Emansipasi
Identifikasi dan mempertemukan kebutuhan-kebutuhan individu diantara system sosial yang ada
Arus sistem pariwisata saat ini tidak mampu mempertemukan kebutuhan dasar manusia
Fokus pada hal yang nyata, menemukan dan memahami pariwisata
Fokus pada hal-hal yang mendasarm menyediakan suatu visi dari apa yang bisa


3. Klasifikasi dari pariwisata sebagai sebuah sinteis (Douglas G Pearce)
Klasifikasi dari pariwisata sebagai sintesis dapat di bagi menjadi hard dan soft tourism dimana dalam pengklasifikasian tersebut berdasarkan atas beberapa variabel.
Adapun beberapa variabel pertanyaan yang di gunakan dalam pengklasifikasian pariwisata dalam sebagai sintesis yaitu:
Konteks, Fasilitas, lokasi, pengembangan dan kepemilikan, proses pengembangan, pasar dan pemasaran, dampak dimana variable variable tersebut di tuangkan menjadi beberapa pertanyaan yakni:
Variabel pertayaan:
· What are the coutexts in which tourism has develop?
· What is being develop?
· Where is tourism being develop?
· Who are developers?
· How has the tourism develop?
· Who are tthe tourist?
· What impoets are generated?
Having devised some clasiffication or at least a set of variabels by which tourism can be systematically analyzed a number problem can be more ...

a. Dalam konteks apakah pariwisata di telah di kembangkan?
Pertimbangan dari karakteristik kontekstual atara lain: fisik, sosial, budaya, dan lingkungan ekonomi Sangatlah penting karena konteks tersebut akan mempengaruhi bagaimana pariwisata itu berkembang dan dampak yang di timbulkan dalam perkembangan pariwisata tersebut
b. Apa yang telah di kembangkan?
Pertanyan ini di kembangkan berdasarkanvariabel jenis dari fasilitas serta sektor atraksi atraksi sepertimisalnya di kembangkan secara alami atau buatan, untuk umum atau prifat, terbatas atau di sebar luaskan, dan seterusnya.
c. Dimana pariwisata di kembangakan?
Pariwisata dapat di kembangkan di daerah – daerah berpotensial seperti : Pesisir pantai, pegunungan, pedesaan.
d. Siapakah pengembangnya?
Pertanyan ini berhubungan dengan asal dan karakter dari pengembang ( public atau prifat, asing atau local, individual atau kerjasama)
e. Bagaiman pariwisata itu dikembangkan?
Cara bagaiman pariwisata itudi kembangkan dapat deskripsikan dalam konteks hubungan antar beberapa faktor yakni: ekonomi dan fisik, biaya dari pengembangan, perencanaan, proses , dan bentuk dari hasil pengembangan.
f. Siapakah pengunjungnya?
Pertanyan yang terkait dengan pengunjung ini terkait dengan karakteristik dan motif,bagaimana mereka melakukan perjalanan.
g. Apakah dampak yang di timbulkan?
Pertanyaan ini terkait dengan analisa dampak- dampak yang mungkin di timbulkan dari pengembangan suatu jenis pariwsata.

4. Implikasi dari pariwisata alternative terutama di pandang dari wisatawan dan sumberdaya terhadap komponen sosial, budaya dan ekonom.
a. Implikasi pariwisata alternatif di pandang dari wisatawan terhadap sosial, budaya, dan ekonomi.
Implikasi yang di timbulkan bisa negatif, positif, ataupun netral. Jumlah tingkah laku wisatawan yang datang dapat memberikan implikasi positif pada aspek sosial dan lingkungan namun dapat memberikan implikasi negative terhadap aspek ekonomi, namun demikian jumlah serta tingkah laku wisatawan dapat memberikan dampak sebaliknya dalam ketiga aspek tersebut.selain itu lokasi,waktu, kontak, serta kesamaan pengunjung juga dapat memberikan implikasi sosial, lingkungan serta ekonomi.
b. Implikasi pariwisata alternatif di pandang sumer daya terhadap komponen sosial,budaya dan ekonomi.
Sumber daya dapat memberikan implikasi positif, negatif serta netraldi masing masing aspek sosial, lingkungan serta ekonomi di lihat dari kerapuhan sumberdaya tersebut, keunikanya serta kapasitas dari sumber daya tersebut.

Minggu, Juni 14, 2009

ISU ISU PARIWISATA

Bali merupakan daerah tujuan wisata internasional, yang diminati oleh wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara (internasional). Di Bali sendiri ada banyak kawasan wisata dan obyek wisata yang sudah dikenal sejak dahulu kala (misalnya : Sanur, Kuta, Ubud, Tanah Lot, Pura Besakih, Tampak Siring dsb) maupun kawasan dan obyek wisata yang baru dikembangkan beberapa dekade belakangan ini ( misalnya : kawasan wisata Nusa Dua, Jimbaran, Jati Luwih, Yeh Panes, dsb).
Semakin diminati Pulau Bali oleh wisatawan, yang tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan yang cendrung meningkat dari tahun ke tahun, juga jumlah kamar hotel dan juga jumlah restaurant yang semakin bertambah, hal ini menunjukkan bahwa Pulau Bali semakin ‘ter-eksploitasi’ untuk kegiatan pariwisata. Suatu hal yang tidak mungkin hilang dalam kenyataan adalah konsep ‘rwa-bineda’, ‘jele-melah’, ‘baik-buruk’. Konsep ini juga berlaku bagi dunia pariwisata di Pulau Bali ini. Sisi baik yang diberikan oleh kegiatan pariwisata di Pulau Bali, jelas sudah dirasakan bersama oleh segenap masyarakat Pulau Bali, misalnya : Meningkatnya taraf hidup masyarakat, Pesatnya pembangunan, Pertukaran Budaya, Berkurangnya pengangguran. Sisi tidak baik yang disumbangkan oleh kegiatan pariwisata-pun tentunya tidak dapat dielakkan, seperti : pencemaran lingkungan (udara, sampah plastik, air, tanah, suara), lunturnya nilai-nilai luhur warisan budaya nenek moyang (komodifikasi budaya, hilangnya ke-‘bali’an orang bali) dan munculnya masalah sosial (judi, minuman keras, pelacuran dsb)
Yang perlu diperhatikan demi menjaga ke’ajegan’ Bali, tentunya adalah dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan pariwisata. Dengan mengamati dan mencermati fenomena-fenomena yang timbul, maka akan muncul kekhawatiran akan hancurnya Pulau Bali tercinta ini, jika kerusakan-kerusakan yang timbul tidak segera dibenahi. Paper ini bertujuan untuk mencermati isu-isu negatif yang timbul akibat aktivitas pariwisata. Untuk dapat mewakili, maka isu-isu tersebut digolongkan dalam lima kategori isu, yakni : (i) isu lingkungan, (ii) isu budaya , (iii) isu sosial, (iv) isu kesehatan dan (v) isu kemacetan lalu lintas. Kesemua isu ini diamati pada tiga objek wisata, yakni pada objek wisata (i) Kuta, (ii) Bedugul, meliputi danau buyan, bratan dan danau tamblingan, dan (iii) Sanur.
Kuta
Kuta merupakan objek wisata yang sudah dikenal sejak dahulu kala (mulai tahun 60an). Pantai Kuta yang indah dan akses yang sangat dekat dengan bandara internasional Ngurah Rai, menjadikannya sebagai ‘kampung wisatawan’. Kuta berada dalam wilayah Kabupaten Badung, sebagai penyumbang pendapatan asli daerah yang besar yang berasal dari kegiatan pariwisata.
Dampak positif pariwisata di Kuta sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Berdirinya hotel-hotel, restaurant, pasar seni, penukaran uang, hiburan malam tak pelak mengangkat status ekonomi penduduk asli kuta. Jika dahulu sekitar tahun 80-an penduduk Kuta kebanyakan hidup dari sektor kelautan (nelayan) dan peternakan dengan pendapatan yang minim, sekarang penduduk asli Kuta sebagian besar tidak perlu bekerja keras. Dengan modal tanah warisan yang dikelola dengan baik, penduduk asli kuta kebanyakan mengelola lahannya untuk pertokoan, rumah kos, hotel dan kegiatan bisnis yang berhubungan dengan pariwisata.
Dampak negatif pariwisata di Kuta tercermin pada isu-isu yang timbul, berasal dari observasi penulis pada objek wisata kuta, yakni :
a. Isu Lingkungan
Aberasi pantai (sepanjang pantai kuta), hal ini diduga penyebabnya adalah pemanasan global, kondisi ini tidak saja terjadi pada Pantai Kuta, melainkan juga seluruh pantai yang ada di Bali.
Sampah plastik (disepanjang trotoar dan selokan), hal ini diduga penyebabnya adalah kurang disiplinnya masyarakat kuta, juga wisatawan dalam membuang sampah plastik, juga belum sadarnya produsen-produsen untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik dan menggantinya dengan bahan-bahan lain yang lebih ramah lingkungan
Banjir, disebabkan kurang disiplinnya masyarakat dalam membuang sampah, masih ada yang membuang sampah ke got/selokan. Diduga penyebab lainnya adalah sistem drainase yang kurang baik.
b. Isu Budaya
Berkurangnya kesakralan upacara adat Bali (terutama di sepanjang pantai kuta). Pada saat melaksanakan upacara melasti, banyak wisatawan yang menggunakan bikini menyaksikan upacara, hal ini tentunya sangat kontras dengan masyarakat bali yang begitu khusuk melaksanakan upacara.
c. Isu Sosial
Prostitusi, merupakan pemenuhan kebutuhan biologis yang melanggar norma agama dan kesusilaan. Transaksi sering dilakukan di pusat-pusat hiburan malam, hotel-hotel bahkan di sepanjang jalan legian.
Narkoba
Free sex
d. Isu Kesehatan
Demam berdarah
Flu Babi (gerbang internasional)
e. Isu Kemacetan Lalu Lintas
Pada jam kerja
Upacara adat

Jumat, Juni 12, 2009

PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK MEMACU PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA


Pariwisata tidak dipungkiri lagi berfungsi sebagai motor penggerak perekonomian di Bali. Dalam hal ini pariwisata menimbulkan multiflier effect bagi seluruh aktivitas ekonomi di Bali. Sebagai contoh : Pariwisata membutuhkan sarana akomodasi, restoran, bar dan fasilitas penunjang lainnya. Satu buah hotel yang didirikan akan menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu hotel membutuhkan berbagai supplier untuk memasok kebutuhan hotel. Tenaga kerja yang diserap hotel juga membutuhkan berbagai macam kebutuhan hidupnya, sehingga muncul berbagai macam pusat perbelanjaan, demikian seterusnya rantai ekonomi yang ditimbulkan dari aktivitas pariwisata sebagai akibat dari multilier effect tersebut.
TIK, sangat menunjang perkembangan pariwisata, dengan TIK maka informasi dan komunikasi dapat dilakukan dengan sangat cepat, efisien dan akurat yang mampu mereduce human error. Sebagai contoh alikasi TIK, yakni penggunaan software LIBICA, FIDELIO sebagai Program Piranti Lunak Hotel Information System. Dengan menggunakan software tersebut informasi mengenai kepastian pemesanan kamar, kepastian rekening tamu, informasi tamu yang akan datang ke hotel, tamu yang sedang tinggal di hotel dan tamu yang akan meninggalkan hotel. Informasi yang cepat, tepat dan akurat tersebut akan membuat tamu puas dan senang tinggal dihotel. Kepuasan tamu akan menyebabkan tamu akan kembali lagi untuk berlibur di Bali dan tinggal di hotel tersebut. Jika dikaitkan dengan tujuan berdirinya sebuah hotel, yakni : Profit through guest satisfaction, and get a repeat business through word of mouth communication, peranan TIK dirasakan sangat vital. Kondisi ini berlaku juga untuk perusahaan lainnya yang berperan sebagai entitas ekonomi (mengelola sumber daya yang ada untuk dapat ditukarkan kepada pasar sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar/konsumen sehingga tercapai kepusan pasar/konsumen)

Dari sisi Ekonomi, yang berfungsi untuk mengelola seluruh sumber daya (man, material, money,machine, method, market) melalui fungsi manajemen (planning, organising, actuating, controlling dan evaluating) sehingga mampu menciptakan produk yang memiliki nilai/value yang mampu memuaskan kebutuhan konsumen, peranan ekonomi dan pariwisata merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Mengacu pada definisi pariwisata : Suatu fenomena yang menyebabkan perpindahan orang dari satu tempat (tempat tinggalnya) ke tempat yang bukan tempat tinggalnya untuk kebutuhan bersenag-senang (leisure), tidak untuk mencari nafkah, menetap dan tidak untuk tujuan vokasional, dimana perpindahan ini membutuhkan berbagai sarana dan prasarana pariwisata. Pada poin ini, kebutuhan sarana dan prasarana pariwisata semestinya dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi, khususnya (Manajemen : Keuangan, pemasaran,sdm dan operasional) serta akuntansi.
Dengan manajemen keuangan, maka perusahaan-perusahaan dalam indusri pariwisata akan mampu mengelola usahanya dengan menggunakan alternative sumber-sumber pendanaan yang murah serta mampu menginvestasikannya pada sector yang menguntungkan.
Dengan manajemen pemasaran, maka perusahaan-perusahaan dalam industri pariwisata akan mampu mengelola usahanya dengan menciptakan produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar.
Dengan manajemen sumber daya manusia, maka perusahaan-perusahaan dalam industri pariwisata akan mampu mengelola sumber daya manusia, sebagai kunci sukses persaingan bisnis.
Dengan manajemen operasional, maka perusahaan-perusahaan dalam industri pariwisata akan mampu mengelola usahanya dengan memperhatikan konsep keberlanjutan (sustainability) melalui konsep CSR (Consumen Social Responsibility), menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk yang tidak mencemari lingkungan.